Jakarta (ANTARA News) - Empat perusahaan Indonesia yang tergabung dalam konsorsium yang dipimpin PT Petrokimia Gresik (Petrogres) dan BUMN asal Maroko, Office Cherifien des Phosphates (OCP) Group menjajaki sinergi pembangunan pabrik bahan baku pupuk untuk menjamin pasokan, di tengah membumbungnya harga bahan baku di dunia. Penandatangan nota kesepahaman (MoU) dilakukan oleh Dirut Petrogres, Arifin Tasrif, dan Direktur Pemasaran dan Penjualan OCP, Mhamed Ibnabdeljalil, di sela-sela konferensi Asosiasi Industri Pupuk Dunia (IFA) di Nusa Dua, Bali, Rabu. Mhamed Ibnabdeljalil mengatakan MoU tersebut merupakan langkah awal untuk mempelajari kelayakan proyek-proyek yang akan dikembangkannya bersama konsorsium perusahaan di Indonesia yaitu Petrogres, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Medco Energy International Tbk, dan PT Bosowa Investama. "Kami menargetkan dalam enam bulan studi kelayakan tersebut akan selesai, sehingga segera masuk ke tahap selanjutnya," ujar Mhamed. Ia menjelaskan perusahaan kedua negara akan bekerjasama membangun pabrik asam fosfat terintegrasi di Maroko yang memiliki cadangan batuan fosfat terbesar di dunia. Berdasarkan data IFA, Maroko memiliki cadangan batu fosfat sekitar 21 miliar ton dan produksinya pada 2006 mencapai sekitar 27,1 juta ton atau ketiga terbesar setelah China dan Amerika Serikat. "Kami juga akan bekerjasama membangun pabrik amoniak di Indonesia untuk menjamin pasokan amoniak yang akan dipakai untuk membuat pupuk di Maroko," katanya. Hal senada dikemukakan Dirut Petrogres Arifin Tasrif yang mengatakan kerjasama tersebut bertujuan menjamin pasokan bahan baku fosfat untuk berbagai jenis pupuk yang dibutuhkan di Indonesia seperti DAP, SP-36, dan NPK. "Saat ini harga bahan baku pupuk seperti fosfat terus meningkat, karena permintaan lebih besar dari pasokan, seiring dengan program pengembangan bahan bakar nabati (BBN) di berbagai negara," ujarnya. Ia mengharapkan dengan kerjasama itu, maka pihaknya mendapat jaminan pasokan fosfat, terutama asam fosfat sebagai bahan baku pupuk non urea, dengan harga yang terbaik di tengah tren meningkatnya harga komoditas tersebut di dunia. Selama ini produsen pupuk kimia yang non urea, terutama Petrogres, mengimpor batu fosfat maupun asam fosfat dari berbagai negara termasuk Maroko. Harga batu fosfat terus meningkat dari 70 dolar AS per ton pada awal tahun menjadi 150 dolar AS pada akhir tahun ini. "Kami menargetkan kerjasama ini akan mampu menjamin pasokan fosfat ke Indonesia, karena diperkirakan permintaan pupuk non urea, seperti NPK akan terus meningkat dan mencapai empat juta ton pada 2010," katanya. Arifin mengatakan pabrik asam fosfat yang tengah dijajaki pembangunannya di Maroko tersebut berkapasitas sekitar 300 ribu sampai 400 ribu ton per tahun, dan diperkirakan menelan dana sekitar 225 juta sampai 360 juta dolar AS. Angka investasi sebesar itu, berdasarkan asumsi, bahwa satu ton pabrik asam fosfat membutuhkan investasi sekitar 750-900 dolar AS per ton. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007