Palu (ANTARA News) - Gempa tektonik yang menguncang Kabupaten Donggala dan Kota Palu di Sulawesi Tengah pada Kamis tengah malam tidak menimbulkan kerusakan berarti atau korban manusia. Sejumlah desa di Kecamatan Dolo, antara lain Kotapulu, Kotarindau, dan Tulo --lokasi yang berada dengan pusat gempa-- pada Jumat tidak terlihat adanya kerusakan bangunan yang berarti. Kerusakan yang tampak berupa keretakan kecil, itu pun hanya terjadi pada sebagian kecil rumah penduduk. Aktivitas masyarakat setempat juga terlihat berjalan seperti biasa, kecuali saat terjadi gempa mereka berhamburan keluar rumah karena khawatir terjadi gempa lebih keras yang dapat merobohkan bangunan dan menimpa mereka. "Tidak terjadi sesuatu yang serius akibat gempa semalam, dan warga di desa kami sejak pagi hari kembali menjalankan aktivitasnya seperti biasa," kata Rahman, petani di desa Tulo. Pengakuan senada disampaikan Ahmad, warga desa Kotarindau. Ia mengatakan, ketika terjadi gempa, sebagian besar penduduk di desanya berhamburan keluar rumah karena panik terjadi sesuatu membahayakan jiwa mereka. Banyak warga di tiga desa tersebut sempat berjaga-jaga di teras rumah hingga Jumat dini hari, karena mengkhawatirkan muncul gempa susulan yang lebih keras. "Namun setelah menunggu selama tiga-empat jam tidak terjadi apa-apa, mereka kembali memasuki rumah untuk beristrirahat," tuturnya. Sebelumnya, Stasiun Geofika Palu melaporkan gempa yang menguncang wilayah Kota Palu dan Kabupaten Donggala Kamis sekitar pukul 23:49 Wita berkekuatan 3,9 pada Skala Ricter. Efisentrum gempa berada pada koordinat 1,04 Lintang Selatan dan 119,95 Bujur Timur dengan kedalaman 24 kilometer dari permukaan tanah. Pusat gempa itu berada di darat dan berjarak sekitar 19 kilometer arah selatan Kota Palu atau tepatnya berada di wilayah Kecamatan Dolo, Kabupaten Donggala. menurut Kepala Stasiun Geofisika Palu, Robert Owen Wahyu, gempa tersebut terasa cukup kuat oleh sebagian penduduk di wilayah Kecamatan Dolo dan Biromaru (Kabupaten Donggala) dan bagian selatan Kota Palu, karena termasuk gempa dangkal. "Gempa ini merupakan bagian dari pergerakan lempeng/patahan Palukoro, namun guncangannya tidak berpotensi menimbulkan kerusakan parah," katanya menambahkan. Kurun 39 hari terakhir, wilayah Sulteng sudah tiga kali digoyang gempa tektonik cukup kuat dengan menimbulkan kepanikan sebagian penduduk setempat. Gempa pertama terjadi pada 12 November 2007 dengan kakuatan 5,5 pada Skala Richter pada koordinat 1,29 Lintang Utara dan 119,65 Bujur Timur. Gempa yang berpusat di Selat Makassar pada kedalaman 50 kilometer tersebut dirasakan cukup kuat oleh penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Tolitoli dan bagian utara Kabupaten Donggala. Sedangkan gempa kedua terjadi pada 6 Desember 2007 berkekuatan 5,5 pada Skala Richter. Pusat gempa ini berada di Teluk Tomini pada koordinat 0,42 Lintang Utara dan 120,75 Bujur Timur dengan kedalaman 10 kilometer, atau 175 kilometer arah timur laut Palu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007