Banda Aceh (ANTARA News) - Sekolompok gajah liar yang sejak dua pekan lalu merusak tanaman perkebunan masyarakat di Desa Ranto Sabon dan Pantee Raya, Pemukiman Pantee Purba/Ligan, Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, kini semakin beringas. Tokoh Desa Pantee Purba/Ligan, Abd Rani di Banda Aceh, Jumat, menyebutkan kawanan gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus) yang berjumlah delapan ekor itu terus mengobrak-abrik tanaman padi, pisang, karet dan pinang milik masyarakat setempat. "Sejak satwa liar yang dilindungi hadir di daerah itu, diperkirakan banyak tanaman pertanian dan perkebunan rakyat rusak diobrak-abrik kawanan hewan berbelalai tersebut," katanya. Menurut Abd Rani, upaya pengusiran ke habitatnya sudah dilakukan masyarakat setempat secara tradisional, namun tidak berhasil dan bahkan beberapa waktu gajah tersebut hampir menciderai masyarakat saat mereka menanam padi di sawah. Pantee Purba/Ligan yang berada dalam wilayah Kecamatan Sampoiniet, sekitar 150 KM sebelah barat Banda Aceh merupakan salah satu daerah tertinggal di Kabupaten Aceh Jaya, akhir-akhir ini sering mendapat gangguan gajah. "Sebelum kawanan gajah mengobrak-abrik tanaman pertanian rakyat tiga ekor harimau Sumatera juga habis memangsa sejumlah ternah sapi, kambing dan ayam peliharaan masyarakat setempat," katanya. Gangguan harimau berkurang, setelah salah seekor harimau jantan tewas diracun masyarakat beberapa bulan lalu, sedangkan kawanan gajah dalam setahun terakhir sudah tiga kali turun ke daerah tersebut, sehingga banyak tanaman pertanian/perkebunan rakyat yang rusak. "Kami menghimbau aparat dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh sebagai lembaga yang bertanggungjwab atas gangguan satwa liar terhadap masyarakat segera menurunkan tim untuk mengatasi keresahan masyarakat," katanya. Kawanan gajah tersebut akhir-akhir ini mulai berani turun hingga mendekati permukiman penduduk dengan sasaran tanaman kelapa karena diduga makanan yang ada di hutan pada jalur jelajah satwa dilindungi itu kini sudah habis. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007