Gaza (ANTARA News) - Tentara Israel menembak tewas warga Palestina di Jalur Gaza pada Jumat di dekat perbatasan dengan negara Yahudi itu, kata dokter Palestina, sehari setelah tujuh pejuang tewas dalam serangan. Pria 17 tahun tersebut ditembak dadanya di dekat pagar pemisah Israel dari Gaza, bagian timur kota tengah Khan Yunis. Ia dibawa ke rumahsakit Al-Shifa di kota Gaza, tempat ia meninggal akibat lukanya, kata dokter. Tidak jelas mengapa ia ditembak atau yang dilakukannya di daerah tersebut. Saksi menyatakan tank Israel meronda tapal batas di sisi Israel itu. Juru bicara tentara Israel menyatakan tidak mengetahui penembakan tersebut. Serangan udara Israel dan gerakan darat di Jalur Gaza membunuh 20 pejuang Palestina sejak Selasa, sebagai jawaban atas serangan roket dan mortir hampir tiap hari atas kota Israel dan kedudukan tentara di dekat perbatasan itu. Kematian Jumat itu membuat korban tewas akibat kekerasan Israel-Palestina menjadi 5.997 orang sejak awal pemberontakan kedua Palestina pada 2000, sebagian besar dari mereka orang Palestina, kata hitungan kantor berita Prancis AFP. Tentara Israel pada ahir Oktober menembak mati seorang warga dalam bentrok di Jalur Gaza utara dan selatan, kata petugas rumahsakit. Sedikit-dikitnya, 11 warga lain Palestina luka, kata mereka. Seorang warga Palestina berusia 40 tahun juga tewas dalam bakutembak di kota Beit Hanoun, Gaza utara. Saksi menyatakan pasukan khusus Israel memasuki kota itu lalu terjadi bakutembak dengan anggota Hamas. Mereka menyatakan Israel menembakkan peluru kendali dari udara ke pejuang Hamas dalam bentrokan itu. Dua anak sekolah Palestina luka berat dalam bakutembak tersebut. Tujuh warga Palestina pada awal Oktober cedera akibat serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza, kata saksi dan sumber kesehatan. Satu pesawat udara Israel menembakkan beberapa peluru kendali udara ke permukaan menyusul upaya menembakkan roket atau mortir oleh anggota Brigade Ezzedine Qassam, sayap bersenjata Hamas, ke bagian timur Jalur Gaza di dekat perbatasan dengan Israel, kata saksi. Namun, bukan mengenai pejuang Hamas, peluru kendali tersebut malahan menghantam beberapa warga tak bersenjata, sehingga dua di antara mereka menderita luka parah. Antara 800 dan 2.000 orang Palestina dan 100 warga libanon tewas dibantai milisi di Sabra dan Shatila pada September 1982, dengan disaksikan pasukan Israel. Korban selamat dan keluarga yang tewas berkumpul di daerah pinggiran Beirut pada tengah September untuk memperingati tahun ke-25 pembantaian ratusan warga Palestina oleh milisi Libanon dukungan Israel itu. Pembantaian itu dilakukan setelah pembunuhan dua hari sebelumnya terhadap presiden terpilih Bashir Gemayel, sekutu paling penting Israel di Libanon, yang membuat pendukungnya menyeru pembalasan. Pada Februari 1983, Ariel Sharon, menteri pertahanan Israel saat itu, dipaksa mundur setelah panitia penyelidik dipimpin ketua mahkamah agung Yitzhak Kahan menuduhnya gagal menghentikan pembantaian itu. Penitia Kahan tersebut mendapati Sharon "secara tidak langsung" dan "secara pribadi" bertanggungjawab atas pembantaian itu dan menyalahkannya, karena tidak memikirkan akibat pembalasan setelah Gemayel dibunuh tersebut, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007