Kupang (ANTARA News) - Ribuan ternak asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tujuan DKI Jakarta ditahan di Surabaya, Jawa Timur. Penahanan itu dilakukan berdasarkan surat keputusan Dinas Peternakan Jatim yang melarang pemasukan dan transit hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan dari Papua dan NTB melalui wilayah itu. Kasubdin Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Provinsi NTT, drh. Maria Geong yang dikonfirmasi di Kupang, Sabtu membenarkan adanya penahanan terhadap ribuan ternak asal NTT yang dikirim ke DKI Jakarta dengan alasan untuk menghindari penyebaran penyakit antraks di Jawa Timur. Kebijakan ini sangat merugikan NTT karena ternak dari NTT akan berjubel di Jawa Timur karena tidak bisa keluar dari karantika Tanjung Perak menuju Jakarta, apalagi pekan lalu ada pengiriman lagi ternak ke Jakarta juga melalui Surabaya. "Kebijakan ini sangat merugikan karena Pemerintah NTT sendiri tidak pernah menerima surat pemberitahuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengenai larangan tersebut. Surat keputusan itu sudah dikeluarkan sejak bulan November, tetapi baru beberapa hari yang lalu dikirim ke Dinas Peternakan Provinsi NTT melalui fax," katanya. Surat larangan tersebut bukan langsung dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, tetapi justeru berasal dari Balai Besar Karantika Hewan Tanjung Perak, Surabaya. "Bagaimana sebuah keputusan yang melibatkan daerah lain tetapi tidak disampaikan kepada pemerintah daerah bersangkutan. Ini kan tindakan merugikan daerah," katanya. Dalam hubungan dengan kebijakan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tersebut, kata dia, pemerintah provinsi NTT telah mengambil langkah dengan mengirim surat klarifikasi kepada Menteri Pertanian di Jakarta. Dalam surat tertanggal 19 Desember tersebut, Pemerintah NTT meminta Menteri Pertanian untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam kaitan dengan lalulintas ternak dari NTT ke DKI Jakarta. Apalagi setiap hewan yang dikirim ke luar NTT sudah melalui proses pemeriksaan dan vaksinasi antrax oleh pihak Karantika Hewan Kelas I Kupang. Maria Geong menambahkan, pada akhir tahun ini ada serangan antrax di NTT, tetapi terjadi di Pulau Flores dan bukan di Pulau Timor yang pada populasi ternak. Menurut dia, 90 persen sapi Bali berada di Pulau Timor. Sapi-sapi ini yang selama ini dikirim ke DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Batam untuk kestabilan harga daging nasional, terutama menjelang hari raya keagamaan. Karena itu, jika ada alasan itu dikaitkan dengan masalah antrax sama sekali tidak relevan, karena serangan antrax di Pulau Timor terakhir sekitar 20 tahun lalu, katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007