Bengkulu (ANTARA News) - Warga Bengkulu, terutama yang berada di kawasan pesisir pantai semakin cemas, menjelang tanggal 23 Desember 2007 yang diperkirakan oleh paranormal Brasil, Jucelino Nobrega dan Luz akan terjadi gempa 8,5 SR yang diikuti tsunami. Beberapa warga yang ditemui, Sabtu mengaku, meski tidak percaya sepenuhnya terhadap isu yang dilontarkan Jucelino, namun tetap saja merasa was-was dan cemas, takut kalau prediksi paranormal itu jadi kenyataannya. Ahmad, warga Kelurahan Teluk Sepang Kota Bengkulu, mengaku awalnya tidak terlalu menghiraukan isu tersebut, namun karena melihat berbagai persiapan yang dilakukan pemerintah daerah kecemasan pun menghinggapinya. "Melihat berbagap persiapan yang dilakukan pemerintah daerah kami jadi semakin cemas, apalagi setelah ada imbauan Gubernur Bengkulu Agusrin Maryono Najamudin yang meminta agar warga di pesisir pantai mengungsi, kami pun jadi makin takut," katanya. Ia mengaku, mendengar himbauan dari gubernur itu lewat radio yang intinya meminta pada warga yang berdomisili di pesisir agar mengungsi pada 23 Desember 2007. Ahmad mengaku, telah mengungsikan anak dan istrinya ke tempat keluarga yang di kawasan permukiman lebih tinggi, sementara dirinya masih bertahan di rumah karena khawatir ada pihak sengaja mencari kesempata dalam kesempitan. "Saya tetap di rumah, tapi sudah sepekan ini tidak bekerja karena selalu was-was akan adanya gempa dan tsunami itu," kata Ahmad yang bekerja sebagai nelayan itu. Biasanya setiap malam ayah empat orang anak itu mencari ikan dan kepiting disekitar kolam pelabuhan Pula Baai Bengkulu, dengan penghasilan rata-rata Rp75-Rp150 ribu per malam. Isu gempa dan tsunami serta berbagai persiapan menghadapi gempa dan tsunami yang dilakukan pemerintah daerah, seolah membenarkan bencana tersebut akan terjadi, membuat Ahmad dan nelayan lainnya menderita karena tak bisa mencai nafkah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. "Bila terus-terusan seperti ini, saya dan keluarga akan kelaparan, karena tidak bisa bekerja," katanya. Hal senada juga disampaikan, Mudjinono dan Warman, nelayan lainnya yang juga mengaku sudah tiga hari ini tidak mencari ikan karena khawatir terjadi gempa dan tsunami. "Gimana kita mau tenang, media setiap hari memberitakan soal gempa dan tsunami itu dan pemerintah daerah juga telah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapinya," ujar Mudjiono yang dibenarkan oleh Warman. Pantauan ANTARA News di beberapa lokasi di perkampungan nelayan tradisional khususnya di kawasan pelabuhan Pulau Baai, terlihat lengang dan rumah-rumah nampak sepi tak berpenghuni. Ratusan kapal berukuran kecil, sedang maupun besar tampak bersandar di bibir pantai, dan tak terlihat adanya kegiatan yang dilakukan oleh para nelayan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007