Mamuju (ANTARA) - Organisasi pemuda Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat mengajak masyarakat untuk membangun Indonesia dan melupakan perbedaan yang terjadi dalam Pemilu 2019.

"Lupakan perbedaan pada Pemilu 2019, saatnya bangkit bersatu membangun Indonesia, kalah menang adalah bukan substansi dari demokrasi itu, akan tetapi demokrasi yang sehat adalah bagaimana menempatkan rakyat sebagai pemilik sah demokrasi," kata Ketua Pimpinan Kota FPPI Mamuju, Muh Suyuti, di Mamuju, Minggu.

Ia mengatakan, tujuan dari demokrasi itu yakni tercapai kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Badai pemilu yang berlarut-berlarut justru akan mencederai perkembangan demokrasi, bahkan membuat masyarakat akan semakin apatis terhadap kesadaran politiknya dalam hidup berbangsa dan bernegara," katanya lagi.

Karena itu, ia berharap kepada semua pihak agar dapat bangkit bersatu membangun Indonesia bukan malah asyik dan larut dalam perdebatan-perdebatan sengketa pemilu.

"Tugas kita saat ini adalah menjaga Tanah Air, dan udara, dari rongrongan antek-antek asing, karena Tanah Air, udara sebagai sumber kekayaan alam yang dapat dikelola negara untuk kemakmuran rakyat Indonesia, bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan serta para penguasa modal asing," ujarnya.

Ia mengatakan, problem demokrasi di Indonesia sangat nampak dengan fenomena oligarki politik, dan demokrasi cenderung dengan pengertian liberalisme sebagai produk dari tunduk negara dan masyarakat sipil atas dominasi hegemoni kapitalisme internasional atau imperialisme.

"Negara masih gagal menyelenggarakan pemerintahan yang mencerdaskan kehidupan bangsa dan melindungi segenap Tanah Air Indonesia, dan demokrasi hanya dijadikan sebagai ajang ritual politik," katanya.

Dia juga berharap, ke depan pergantian tongkat estapet kepemimpinan haruslah memperhatikan problem kerakyatan yakni makin terpuruk ekonomi produksi rakyat akibat peralihan ke kapitalisme yang dahsyat semenjak masa kolonial atau penjajahan masa lalu.

"Oligarki kekuasaan sangat nampak di negeri ini mulai dari level nasional hingga lokal daerah, sangat jelas ketika para kompetitor menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan di tengah-tengah situasi dan kondisi masyarakat yang pragmatis," katanya pula.

Ia menilai, pemilu tahun ini banyak memberikan kita pelajaran tentang hidup bernegara, tentang bagaimana menjalankan demokrasi yang amanah dan jujur.

"Kami menolak poeple power, karena itu bukan jawaban permasalahan rakyat, namun ke depan problem demokrasi ini harus bisa menjawab apa yang menjadi persoalan kerakyatan yang ada, karena ketimpangan sosial dan ekonomi masih terjadi, rakyat masih dipinggirkan dalam pembangunan," katanya lagi.

Pewarta: M Faisal Hanapi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019