Bengkulu (ANTARA News) - Hingga saat ini sebanyak 75 persen penduduk Kabupaten Muko Muko masih bertahan di 13 titik pengungsian yang telah ditetapkan pemerintah daerah setempat, karena khawatir akan terjadi gempa besar dan tsunami, seperti yang diprediksikan pakar kebumian dari Brasil, Jucelino Nobrega da Luz. "Saat ini Muko Muko masih lengang, hanya sekitar 25 persen penduduk yang bertahan, sedangkan 75 persen lainnya kini berada di pengungsian," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Pemerintah Kabupaten Muko Muko, Yan Zuri, Minggu malam. Menurut dia, seluruh tempat pengungsian yang telah ditetapkan kini dipenuhi warga, seperti di Satuan Pemukiman (SP) 6, SP2, SP1, Bukit Solang, Bukit Lagan, Air Rame dan Air Buluh. Bupati Muko Muko, Ichwan Yunus, bersama para pejabat dan tokoh masyarkat serta pemuka agama, sejak beberapa hari terakhir terus memberikan imbauan, agar warga tidak mengungsi terkait adanya isu gempa dan tsunami itu. "Kami dari Pemkab Muko Muko sebenarnya terus memberikan pengertian, agar mereka tidak mengungsi, tapi ternyata warga tetap memilih untuk mengungsi," katanya. Masyarakat, kata dia, tidak bisa dilarang, agar tidak mengungsi karena memang terlanjur khawatir dan takut akan terjadi gempa dan tsunami itu, apalagi selama ini mereka masih mengalami trauma akibat diguncang gempa 7,9 SR yang terjadi pada 12 September 2007. "Kita memaklumi kalau masyarakat memilih untuk mengungsi karena memang terlanjut takut, dan masih trauma akibat gempa September lalu. Kami juga tidak bisa memaksa mereka untuk kembali, karena memang warga sepertinya lebih tenang jika berada di pengungsian," ujarnya. Ia juga menjelaskan, gelombang pengungsian sudah mulai sejak beberapa hari, dan puncaknya terjadi pada Sabtu (22/12). Sebagian warga yang mampu, menyewa rumah penduduk di lokasi lebih tinggi, namun bagi yang kurang mampu menempati tenda yang telah disediakan pemerintah daerah setempat. Mengenai kebutuhan pengungsi, menurut dia, Pemkab Muko Muko telah menyediakannya baik makanan pokok, sarana MCK, hingga tenaga medis dan obat-obatan. "Kita sudah menyediakan seluruh kebutuhan di lokasi pengungsian. Kami melakukan itu bukan berarti menyuruh warga untuk mengungsi, tapi lebih disebabkan rasa kepedulian pada masyarakat," ujarnya. Yan Zuri juga menjelaskan, saat ini sulit mencari warung makan di Muko Muko karena warung nasi tutup, dan pemiliknya yang rata-rata warga pendatang memilih pulang kampung. Ia yakin, besok (24/12) sebagian besar warga akan kembali ke rumah masing-masing, dan rencananya Bupati Ichwan Yunus akan mendatangi pengungsian untuk mengajak mereka "turun gunung" (kembali-red). Minggu pagi, kata Yan Zuri, Gubernur Bengkulu, Agusrin Maryono Najamuddin, Kapolda Bengkulu, Brigjen Pol Soedibyo, dan Danrem 041 Garuda Emas, Kol. Inf. Tarwin, berkunjung ke Muko Muko, dan langsung menuju Bukit Solang guna melihat secara langsung kondisi pengungsi. Dalam kunjungannya itu, Gubernur Bengkulu meminta pada masyarakat, agar jangan terlalu khawatir dan percaya dengan isu gempa itu, dan berharap agar warga segera kembali ke rumah masing-masing. Saat ini, masyarakat Bengkulu diliputi ketakutan menyusul adanya isu gempa 8,5 Skala Richter (SR) yang diikuti tsunami pada 23 Desember 2007, seperti yang diprediksikan Jucelino. Menurut Gubernur Bengkulu, saat ini sekitar 300.000 warga telah berada di pengungsian, terutama warga Kabupaten Muko Muko, Bengkulu Utara, Seluma dan Kota Bengkulu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007