Makkah (ANTARA News) - Guna menjamin kelancaran pemulangan jamaah haji melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, jamaah haji Indonesia diminta mematuhi prosedur tetap (Protap) yang diberlakukan Daerah Kerja (Daker) Jeddah, sehingga mereka juga tak merasa dirugikan. "Protap itu menyangkut berat barang yang diangkut, kuota air zamzam yang jadi hak jamaah, dan aturan jadwal pemulangan," kata Kepala Daker Jeddah, Cepi Supriatna di ruang Media Center Haji Makkah, kemarin. Sebelum pemberangkatan pemulangan jamaah, sesuai dengan kesepakatan pihak maskapai penerbangan (Garuda/Arab Saudi) barang jamaah akan dikumpulkan dua hari sebelum pemberangkatan ke Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Aturan main dalam penerbangan adalah satu koper yang diberikan pihak penerbangan dapat diisi maksimal 35 kg dan dua tas tangan yang dibawa ke kabin yang menjadi hak dan tanggung jawab jamaah. Jika ada kelebihan barang dapat dikargokan, katanya. Ia menjelaskan pemulangan jamaah diperkirakan memakan waktu 32 jam. Prosesnya dimulai dari kesiapan jamaah, pelaksanaan boarding dan pemeriksaan dokumen di bandara Jeddah. Sedangkan sebagian jamaah dari Madinah yang pemulangannya melalui Jeddah diperkirakan memakan waktu 38 jam. Sementara itu mengenai angkutan jamaah dari hotel ke bandara, itu menjadi tanggung jawab manajemen hotel karena sudah menjadi satu paket. Enam jam sebelum pesawat berangkat, jamaah sudah harus diberangkatkan. Dan, empat jam sebelum terbang, jamaah sudah berada di bandara, katanya. Proses pemulangan jamaah haji, menurut Cepi, berlangsung seperti ban berjalan. Jika satu bagian macet, tak mustahil kondisi itu akan mengganggu sistem lain. Karena itu, koordinasi satu bagian dengan yang lain amat penting untuk dipatuhi. Tatkala Daker Makkah melepas jamaah lebih cepat dari jadwal, tindakan tersebut akan berpengaruh pada penempatan jamaah di Jeddah dengan sarana yang amat terbatas. "Mudah-mudahan dengan adanya komunikasi yang baik, (itu) akan banyak membantu dalam proses pemulangan," ia berharap. Menyinggung kemungkinan adanya penundaan penerbangan, ia mengatakan, penundaan penerbangan harus diramalkan dan diperkirakan. Ada penundaan yang tak dapat diramalkan, dan bila itu terjadi maka jamaah yang masih ada di hotel persinggahan tetap harus keluar. Jamaah yang keluar kemudian harus menempati hotel pendukung, yang sudah disiapkan oleh pihak maskapai. Jika jamaah tak keluar, bisa jadi sistem akan terganggu dan kloter jamaah berikutnya akan terlantar di lobi hotel, katanya. Jika penundaan penerbangan hanya sekitar 45 menit, katanya, maka kedatangan jamaah ke Jeddah dapat dikendalikan. Bila perlu dikekang, sehingga prosesnya berjalan lamban. Yang merepotkan adalah ketika penundaan terjadi saat jamaah sudah berada di Bandara. "Untuk mengurus satu kloter jamaah tak mudah, karena itu menyangkut perizinan, penyiapan angkutan di jalan harus dengan pengawalan dan masalah kuota jamaah," kata Cepi Supriatna. Pemulangan jamaah haji berlangsung sejak 24 Desember dan ada empat kloter: Palembang, Balikpapan, Solo dan Banda Aceh. Pada Selasa (25/12) diterbangkan 17 kloter. Sementara itu, jamaah haji yang meninggal di tanah suci hingga Ahad tercatat 173 orang, lima orang di antara mereka meninggal di Makkah pada Ahad.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007