Seoul (ANTARA News) - Setelah hanpir 400 tahun, sedikit pembunuhan dan permohonan dari seorang raja, dua suku tangguh telah menyelesaikan salah satu pertikaian paling lama dalam sejarah Korea, mengenai tempat pemakaman nenek-moyang. Bentrokan tersebut antara keluarga Yoon dan keluarga Shim berawal pada 1614, ketika kedua keluarga itu mulai menguburkan nenek-moyang mereka di gundukan tanah kuburan luar yang saling bersebelahan. Masing-masing menyatakan berhak atas tanah tersebut. Status tanah itu akhirnya akan diselesaikan pada Maret 2008, berdasarkan persetujuan penyelesaian yang dicapai beberapa hari lalu. Keluarga Yoon akan menyerahkan lahan seluas 8.300 meter persegi kepada keluarga Shim --yang akan memanfaatkannya sebagai lahan pemakaman baru untuk 19 anggota leluhur sukunya. "Itu barangkali akan menjadi yang pertama dan akan menjadi sengketa keluarga terakhir yang berlangsung demikian lama," kata Yoon Pe-il, Sekretaris Jenderal bagi Yayasan Keluarga Yoon. Seorang wakil keluarga Shim berkata, "Diperlukan satu tahun pembicaraan untuk mencapai peristiwa penting ini." Kesepakatan penyelesaian tersebut oleh kedua pihak, yang meningkatkan kekuatan mereka pada masa lalu dengan menikahkan anak perempuan mereka dengan keluarga kerajaan, dibantu oleh satu pasangan yang menikah yang terdiri atas satu anggota suku Shim dan satu anggota klan Yoon, demikian laporan surat kabar lokal Hankyoreh. Pemujaan nenek-moyang telah memainkan peran penting dalam budaya Korea selama berabad-abad dan banyak keluarga mencari tempat yang hamoni dengan alam karena mereka percaya kondisi semacam itu akan memberi keuntungan bagi keluarga mereka dari generasi ke generasi. Tempat pemakaman yang menjadi sengketa tersebut di dekat perbatasan dengan Korea Utara dan sekitar 40 kilometer di sebelah utara Seoul adalah tempat peristirahatan bagi anggota keluarga terkenal dari kedua suku tersebut. Pertikaian itu meletus ketika seorang perdana menteri dari keluarga Shim menghancurkan sebagian tanah perkuburan seorang jenderal yang dihormati dari keluarga Yoon dan menguburkan beberapa anggota keluarganya di sana. Sekitar 150 tahun kemudian, anggota keluarga Yoon merusak sebagian tanah kuburan klan Shim sebagai pembalasan. Seorang raja meminta mereka menghentikan pertikaian, tapi mereka malah terlibat sengketa yang makin sengit, dan banyak anggota suku tewas dalam bentrokan. Hingga saat ini, banyak keturunan suku itu melarang pernikahan dengan anggota suku musuh mereka. Para tetua suku memutuskan pada 2005 bahwa cukup sudah semua pertikaian tersebut dan saling mengulurkan tangan guna menyelesaikan percekcokan itu. "Keturunan kedua keluarga dengan senang hati telah sepakat," kata suku Yoon. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007