Jakarta (ANTARA News) - Pengelola Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan 1, Jakarta Utara, mengharapkan operasional Museum Bahari sudah mulai berjalan normal kembali pada Januari 2008, pasca genangan air pasang yang merendam lantai satu bangunan museum. Genangan air pasang setinggi antara 30 sampai 40 centimeter sempat memasuki bangunan museum yang menyimpan koleksi dunia kebaharian dan kenelayanan tanah air tersebut pada 25 November sampai 27 November. Kasubbag Tata Usaha (TU) Museum Bahari, Zubaidah, di Jakarta, Rabu, mengatakan saat ini pihaknya masih menata ulang keberadaan koleksi museum yang berada di lantai satu, untuk mengamankan akan adanya banjir pasang susulan. "Kita memindahkan koleksi yang rentan terkena genangan air pasang ke lantai dua, seperti koleksi miniatur perahu," katanya. Sedangkan perahu yang terhitung aman dari genangan air pasang, seperti perahu phinisi akan tetap dipajang di lantai satu. "Adanya genangan air pasang membuat kita harus berpikir ulang dalam penataan, demi menyelamatkan koleksi yang ada," kata Zubaidah. Kendati demikian, pihaknya masih menerima kunjungan perorangan ke Museum Bahari, sedangkan kunjungan secara berombongan untuk sementara ditolak dahulu sampai penataan selesai dilakukan. "Tentunya kita tetap melihat dahulu dari ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mengenai akan terjadinya air pasang," katanya. Saat ini, katanya, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah karung pasir di pintu masuk ke ruangan penyimpanan koleksi Museum Bahari untuk mencegah terulangnya genangan air pasang masuk ke ruangan koleksi. "Karung pasir sudah kita siapkan setelah genangan air pasang lalu. Genangan air pasang terparah yang masuk ke museum terjadi pada 26 November 2007," katanya. Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu, disajikan pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran, serta ditampilkan pula koleksi biota laut, data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan nelayan dan pelayaran (alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan aneka meriam), teknologi pembuatan perahu tradisional serta folklor adat istiadat masyarakat nelayan nusantara. Bangunan museum itu sendiri berada muara Sungai Ciliwung ini terdiri atas dua sisi, yakni sisi barat dikenal dengan sebutan "Westzijdsche Pakhuizen" atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai 1652-1771). Sedangkan yang disisi timur disebut "Oostzijdsche Pakhuizen" atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri atas empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. (*)

Copyright © ANTARA 2007