Kena gas air mata. (Bentrok) di Bawaslu
Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Jakarta saat ini telah merawat 151 korban bentrok massa dengan aparat keamanan di sekitar Tanah Abang, Jalan Thamrin dan Petamburan, Jakarta Pusat.

Berdasarkan pantauan pada Rabu malam, sekitar pukul 21.00 WIB, dua korban bentrok kembali dibawa ke RSUD Tarakan Jakarta menggunakan mobil ambulans salah satu partai politik untuk mendapatkan penanganan.

Petugas medis sudah bersiaga di instalasi gawat darurat (IGD) untuk segera memberikan penanganan begitu pasien tiba di RS tersebut.

Data para pasien korban bentrok yang ditangani RSUD Tarakan Jakarta dicatat di papan pengumuman yang ditempatkan di depan ruang instalasi gawat darurat (IGD).

Dari informasi yang dihimpun, korban terkena gas air mata saat bentrok di sekitar Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Jakarta.

"Kena gas air mata. (Bentrok) di Bawaslu," kata salah satu pengantar korban yang enggan menyebutkan namanya.

Sampai saat ini, korban bentrok antara massa dengan aparat keamanan di sekitar Tanah Abang, Jalan Thamrin dan Petamburan, Jakarta Pusat, masih berdatangan ke RSUD Tarakan.

Sebelumnya, Kepala Bagian Umum dan Pemasaran RSUD Tarakan Reggy S Sobari mengatakan korban bentrok antara massa dengan aparat keamanan di sekitar Tanah Abang, Jalan Thamrin dan Petamburan, Jakarta Pusat, beberapa mengalami luka akibat peluru karet.

"Ada beberapa korban yang membawa peluru karet itu saat dibawa ke RSUD Tarakan. Ada beberapa yang kami bantu mengeluarkan peluru karet itu dari tubuhnya," ungkapnya.

Reggy mengatakan tidak ada korban yang terluka akibat peluru tajam. Beberapa korban yang sudah diperbolehkan pulang malah meminta proyektil peluru karet yang mengenai tubuhnya untuk dibawa.

Ketika ditanya apakah penyebab dua korban meninggal di RSUD Tarakan, Reggy tidak bisa memastikan karena keluarga menolak untuk dilakukan autopsi. Penyebab kematian sebenarnya bisa diketahui dari autopsi.

"Korban meninggal mengalami luka berupa lubang berbentuk bulat. Apakah luka itu yang menyebabkan meninggal, kami tidak bisa memastikan," ujar Reggy.

Pewarta: Virna P Setyorini/Zuhdiar Laeis
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019