Kuala Lumpur (ANTARA News) - Industri Malaysia terancam hancur karena kerajaan setempat mencoba menghentikan rekrutmen pekerja asing, sementara kalangan industri di negara itu selama ini beroperasi mengandalkan tenaga kerja dari negara lain diantaranya Indonesia. Wakil presiden persatuan industri baterai, Ariffin Abdul Aziz, mengatakan sektor industri sudah pasti akan terpuruk seandainya kebijakan rekrutmen pekerja asing dihentikan, demikian harian Utusan Malaysia, Selasa. Ia mengatakan hal itu menanggapi pernyataan wakil menteri sumber daya manusia Malaysia, Abdul Rahman Bakar, yang meminta pengambilan pekerja asing dihentikan sementara waktu sampai satu kebijakan baru dikeluarkan. Saat ini, ada sekitar 2.6 juta pekerja asing di Malaysia dan jumlah ini sudah mencukupi. Ariffin mengatakan, warga Malaysia tidak suka melakukan kerja berat walaupun dibayar upah tinggi sehingga majikan lebih berminat untuk menggunakan pekerja asing. Oleh karena itu, banyak industri tidak mempunyai pilihan selain merekrut pekerja asing demi meneruskan operasinya. "Di pabrik, orang tempatan tidak minat kerja berat seperti mengangkat barang. Mereka lebih suka suasana kerja yang nyaman.Kita pernah coba rekrut warga Malasyai dengan gaji lebih tinggi daripada pekerja asing, tapi dua tiga hari kemudian mereka berhenti," katanya. "Yang perlu dilakukan adalah mengubah persepsi rakyat kita sendiri mengenai pekerjaan di level bawah," katanya. Hal serupa dikemukakan Sekjen Eksekutif asosiasi pengusaha Bunga Cameron Highlands, Yong Leong Mong, mengungkapkan sekitar 80 persen pekerja sektor perkebunan merupakan pekerja asing. Jika rekrutmen pekerja asing dihentikan, maka akan menghancurkan industri perkebunan ini. Ia mengungkapkan, warga Malaysia biasanya bekerja untuk sementara dan akan berhenti setelah mendapat pekerjaan lain. Sementara itu, Presiden Persatuan Kontraktor Melayu Malaysia, Roslan Awang Chik menunggu kebijakan baru Kementerian Sumber Manusia untuk memastikan peluang pekerjaan bagi warga Malaysia agar tidak terabaikan. Ia mau kebijakan baru tidak dilakukan dalam waktu dekat ini supaya tidak menghancurkan program yang sudah berjalan dalam Repelita ke-9 Malaysia. "Jika kita terus mengambil pekerja asing untuk bekerja, suatu hari nanti rakyat Malaysia sendiri tiada peluang pekerjaan," jelasnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008