Cimahi (ANTARA News) - Antrian warga untuk memperoleh minyak tanah juga terjadi di Kota Cimahi, Jawa Barat, bahkan antrian yang dilakukan lebih dari 500 orang warga Contong, Kecamatan Cimahi Tengah sejak Rabu pagi hingga pukul 15.00 WIB mencapai puluhan meter . Antrian tersebut kontan memacetkan arus lalu lintas di sekitar jalur Contong itu karena berduyunnya warga pada sebuah pangkalan hingga memakan separuh badan jalan. Harga eceran tertinggi (HET) adalah Rp 2.500/liter, sedangkan harga tingkat agen pada kota yang hanya memiliki tiga kecamatan itu menembus Rp 5.000. Antrian serupa juga terjadi di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah, di Kelurahan Leuwi Gajah Kecamatan Cimahi Selatan serta di daerah Cimindi perbatasan antara Kota Bandung dengan Kota Cimahi. Menurut sumber ANTARA News, antrian untuk memperoleh minyak tanah di kota itu telah terjadi sejak tiga hari terakhir ini yang dipicu isu kenaikan harga sehingga mengakibatkan kelangkaan minyak tanah di kota tersebut. Hingga akhir 2007 lalu, Pertamina baru menyelesaikan pembagian tabung gratis bagi warga Kecamatan Cimahi Selatan, sedangkan warga di Kecamtan Cimahi Tengah, dan Cimahi Utara hingga kini masih menunggu jatah konversi energi itu . Saat dikonfirmasi, Ketua Komisi B (bidang kesra) DPRD Kota Cimahi, Ade Irawan, mengatakan pihaknya tidak menmberi toleransi kemungkinan aksi penimbunan minyak tanah sehingga menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga eceran. "Secepatnya kami akan melakukan peninjauan ke pangkalan serta agen yang mendistribusikan minyak tanah ke Kota Cimahi. Apabila dikemudian hari terbukti ada oknum yang melanggar aturan dipastikan perkara itu akan dilaporkan kepada kepolisian untuk segera menindak masalah itu" katanya menandaskan. Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perekonomian dan Koperasi Pemkot Cimahi, Nandang Jayawiguna, mengatakan pihaknya telah mengkoordinasikan masalah tersebut dengan Pertamina. Diharapkannya, permasalahan tersebut tidak berlarut-larut karena telah mencemaskan serta mengganggu kestabilan ekonomi masyarakat menengah ke bawah.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008