Jakarta (ANTARA News) - Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC), Din Syamsuddin, menyerukan agar pada 2008 bangsa Indonesia mengedepankan budaya percakapan dan kebersamaan dengan menolak bentuk kekerasan. "Kita harap 2008 ini bisa dijalankan secara nyata sebagai tahun percakapan dan kebersamaan baik di tingkat global bangsa-bangsa maupun lokal Indonesia," kata Din, yang juga menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, dalam acara "Refleksi Awal Tahun 2008, Merajut Kebersamaan dalam Perbedaan untuk Perdamaian Dunia", di Jakarta, Kamis. Ia menyatakan, praktik kekerasan itu baik yang dilakukan oleh lembaga maupun individu, bukanlah cara yang beradab hingga harus ditinggalkan. Praktik kekerasan itu, seperti, perang dan eksploitasi. Indonesia, kata dia, harus meninggalkan budaya kekerasan baik itu bermotifkan etnis, politik maupun bangsa. "Terlebih lagi bangsa Indonesia di tengah situasi kegamangan, hingga potensi konflik itu harus diatasi. Negara juga harus andil dalam menciptakan bidaya percakapan dan kebersamaan," katanya. Dalam Refleksi Awal Tahun 2008, CDCC menyebutkan kecurigaan antar kelompok agama, khususnya antara Islam dan Kristen, masih memerlukan upaya bersama yang lebih terpadu untuk mengatasinya. Aksi yang dilancarkan oleh sekelompok umat beragama terhadap kelompok lain, misalnya, dalam kasus Ahmadiyah, yang berbentuk perusakan rumah ibadah dan ancaman kekerasan merupakan akibat dari masih kuatnya kultur kekerasan dan lemahnya penegakan hukum di negeri ini. "Kita berharap agar 2008, Indonesia akan terbebas dari praktik kekerasan," katanya. Di bagian lain, CDCC juga menyetujui dan ikut mendorong terciptanya perdamaian di Timur Tengah, khususnya Palestina sebagaimana harapan dunia internasional. Penyelesaian konflik di kawasan tersebut, membutuhkan upaya penciptaan perdamaian serius terutama di tingkat lokal dengan melibatkan pihak yang berkepentingan secara adil dan transparan. "Sangat penting juga mendorong proses perdamaian di Palestina dengan perspektif kemanusiaan," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008