Rendang (ANTARA News) - Upaya evakuasi jenazah Iqbal, mahasiswa asal Bandung, Jawa Barat, yang mendaki Gunung Agung, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, sejak 26 Desember lalu dan ditemukan Minggu (6/1) siang, diwarnai suasana cukup dramatis. Terkesan dramatis karena tim SAR gabungan yang menjemput kedatangan jenazah yang diusung dari ketinggian sekitar 2.600 meter di atas permukaan laut, memasang deretan obor di sepanjang jalan setapak yang dilalui. Wartawan ANTARA News dari Junggul, Rendang, sebuah desa di bagian kaki Gunung Agung, Senin melaporkan, sedikitnya seratus obor bambu dan lampu damar (cempor) terbuat dari botol atau kaleng bekas, dipasang di jalan setapak antara Desa Junggul hingga ke bagian lereng selatan Gunung Agung. Obor dan damar sebanyak itu sebelumnya telah dipersiapkan dengan cukup cepat oleh tim SAR yang dibantu puluhan warga setempat. Danramil 1623-03/Rendang Kapten Inf Bambang Subagio, selaku SAR Mission Coordinator (SMC), mengatakan, dengan terpasangnya obor di sepanjang rute menuju Desa Junggul, tim SAR yang melakukan tugas evakuasi tidak tersesat ke daerah lain, mengingat cukup banyak jalan setapak dari lereng menuju kaki gunung di bagian selatan. "Melalui cara itu terbukti sangat efektif. Jadi, tim yang gotong mayat dari atas gunung cukup hanya menuju barisan obor yang diletakkan memanjang ke bawah, hingga dekat Desa Junggul," ucapnya. Senada dengan Danramil, I Made Widana, petugas di Kantor Basarnas Denpasar yang terjun ke lapangan, menyebutkan, dengan memasang obor selain memberi penerangan atas jalan yang dilalui, juga menjawab kekhawatiran terhadap kemungkinan jenazah nyasar ke arah Pura Besakih yang sangat disucikan umat Hindu. Terlebih, di pura terbesar di Pulau Dewata itu, kini tengah dilakukan upacara serangkaian Hari Raya Siwalatri, ucapnya. Jenazah yang dievakuasi dari tempatnya ditemukan di antara puncak satu dan dua dari gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut, tiba di Desa Junggul pada Senin dinihari sekitar pukul 01.45 Wita setelah menempuh perjalanan rumit selama kurang lebih 11 jam. Setelah mendapat pemeriksaan dari tim dokter dan identifikasi dari pihak kepolisian, jenazah langsung diberangkatkan ke RSUP Sanglah Denpasar guna mendapatkan visum dokter mengenai sebab-sebab kematiannya. Tiba di rumah sakit terbesar di Bali itu, tangis dari belasan kerabat dan keluarga yang menunggunya tidak dapat dibendung lagi. Jenazah Iqbal ditemukan pada Hari Minggu (6/1) sekitar pukul 14.35 wita oleh tim SAR dari Regu-19 atas nama Nyoman Sudarsana, Ketut Kartis dan Komang Perina. Ketiganya merupakan personel Kelompok Pemandu Wisata Kebut Gunung (KPWKG) Agung. Sebagai pemandu wisata, ketiga anggota tim SAR tersebut masing-masing telah belasan kali "menaklukkan" ketiga puncak yang dimiliki gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu. Berdasarkan peta, jenazah Iqbal ditemukan di titik koordinat 08 derajat 20 menit 40 detik LS dan 115 derajat 20 menit 33 detik BT. Sementara dua teman Iqbal yang lain, Eko Saputro Sudirman (22) dan Yunita Indah Safitri (22), hingga kini masih dalam upaya pencarian tim SAR gabungan. Ketiga pendaki yang anggota Mapala Bramatala STIE Bandung, Jawa Barat itu, tercatat mendaki Gunung Agung pada 26 Desember 2007 saat kondisi cuaca sangat buruk. Tim SAR gabungan yang dikerahkan untuk melakukan penyisiran di lembah, lereng dan puncak Agung sejak 30 Desember lalu, tidak hanya dari unsur Basarnas, tetapi juga Brimob Polda Bali, Koramil dan Polsek Rendang, serta unsur PMI dan Taruna Penanggulangan Bencana (Tagana) Dinas Sosial Bali. Sementara dari unsur pencinta alam, tampak dari Bares Bali, KPWKG Agung, Wanadri Bandung, Mapala UI, Unpad, Buanagiri, Cakrabuana, Mapala Tri Sakti Jakarta, Mahitala Unpar dan Bramatala STIE Bandung. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008