Jayapura (ANTARA) - Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhamad Aidi mengatakan, dari hasil investigasi sementara terungkap insiden penembakan yang menewaskan empat warga di Fayit terpaksa dilakukan anggota koramil karena sudah terdesak.

Massa terus mengejar Serka F, yang sebelumnya memberikan tembakan peringatan ke atas untuk membubarkan warga,  namun bukannya membubarkan diri tetapi berbalik mengejar anggota hingga terpojok di salah satu rumah warga yang dijadikan tempat berjualan.

"Saat itu pelaku yang membawa senpi SS 1 dikejar massa termasuk keempat korban dengan membawa senjata tajam di antaranya panah dan kayu," kata Aidi kepada Antara, Rabu.

Ia mengatakan, jarak antara Serka F dan warga yang marah akibat calonnya JK tidak terpilih dalam pemilu legislatif lalu sekitar satu meter, sehingga yang bersangkutan kembali menggeluarkan tembakan.

Kapendam Cenderawasih yang mengaku ikut dalam tim investigasi gabungan yang dipimpin Danrem 174/ATW itu mengatakan, dugaan sementara kelima korban, empat di antaranya meninggal akibat terprovokasi JK, adalah penyerang Serka F karena di sekitar TKP terdapat barang bukti berupa anak panah dan selongsong peluru serta parang yang diduga dibawa korban.

Insiden tersebut berawal dari unjuk rasa JK bersama 350-an pendukungnya ke Kantor Distrik Fayit,  karena tidak berhasil menjadi anggota DPRD Asmat.

Namun aksi massa tersebut  dihalangi anggota sehingga massa melakukan perusakan terhadap rumah Handayani yang letaknya bersebelahan.

Anggota berupaya melerai dengan menggeluarkan tembakan namun warga berbalik dan mengejar hingga terdesak, akhirnya ada yang tertembak  dan menyebabkan empat orang meninggal serta satu orang luka .

Keempat jenazah sudah dimakamkan di kampung halamannya masing masing, sedangkan yang mengalami luka tembak yakni Jhon Tatai (25) masih dirawat di RSUD Asmat.

Empat orang yang meninggal akibat tertembak,  yaitu Xaverius Sai (40), Nikolaus Tupa (38), Matias Amunep (16) dan Frederikus Inepi  (35).

Pewarta: Evarukdijati
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019