Jakarta (ANTARA News) - Sekelompok massa melakukan unjukrasa memperingati Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari), dengan berjalan kaki dari putaran Bank Indonesia (Patung Arjuna Wiwaha di depan Gedung Indosat) menuju Istana Merdeka, Jakarta, Selasa. Aksi sekitar 50 orang tersebut sempat membuat arus lalu lintas di Jalan Merdeka Barat tersendat, karena massa mengambil setengah badan jalan dalam melakukan aksinya. Sambil berjalan kaki mereka melakukan orasi, bernyanyi-nyanyi dan memainkan alat musik. Mereka juga membawa spanduk, poster dan bendera organisasi, seperti bendera Perempuan Mahardika, FRMK, LMND dan Serikat Pengamen Indonesia. Spanduk dan poster antara lain bertuliskan Turunkan BBM, Sediakan Sembako Murah, Stop Utang Luar Negeri, serta Pendidikan dan Kesehatan Gratis. Sementara dalam pernyataan sikapnya, mereka antara lain meminta pemerintah membangun industri dalam negeri yang mandiri, melakukan nasionalisasi industri dan meminta industri pertambangan di bawah kontrol rakyat. Peristiwa Malari terjadi saat PM Jepang saat itu, Kakuei Tanaka, berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Rombongan mahasiswa berupaya menyambut kedatangannya dengan melakukan unjukrasa di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, namun karena penjagaan aparat keamanan sangat ketat, mahasiswa tidak berhasil masuk pangkalan udara. Peristiwa Malari diwarnai kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan. Tuntutan mahasiswa antara lain pemberantasan korupsi, perubahan kebijakan ekonomi terutama mengenai modal asing yang didominasi Jepang, dan pembubaran lembaga yang tidak konstitusional. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008