Kuala Lumpur (ANTARA News) - Seorang pembantu rumah tangga WNI kembali ditahan polisi Malaysia karena dugaan mengirim SMS "bohong" atau "misinformasi" mengenai Sharlinie Mohd Nashar (5 tahun), anak perempuan yang hilang sejak 9 Januari 2008. Media massa Malaysia seperti Harian Metro dan Berita Harian menurunkan berita, Selasa, sudah dua kali pembantu rumah tangga (PRT) asal Indonesia mengirim SMS bohong kepada polisi berkaitan dengan anak hilang atau anak yang sedang diculik. Ketua Jabatan Siasatan Jenayah (Kepala Tindakan Kriminal-Red) Selangor, Senior Asisten Komisioner II Mazlan Mansor, mengatakan, satu pasukan khusus telah menahan wanita berusia 27 tahun itu di sebuah rumah di Johor Bahru, Senin (14/1) setelah dia mengirim SMS palsu kepada orang tua Sharlinie. "Dia mengirim beberapa SMS sejak hari pertama kehilangan Sharlinie yang berisi perasaan dendam, keadaan Sharlinie serta menjanjikan akan mengembalikan anak itu dalam waktu dekat," kata Mazlan. "Dia menjadikan kasus anak-anak hilang sebagai bahan gurauan. Tindakan tidak bertanggungjawab seperti itu akan mengganggu siasatan polis (penyelidikan polisi-Red)," katanya. Tapi Harian Metro mengungkapkan banyak orang yang mengirimkan SMS kepada orang tua Shaelinie, bukan saja PRT WNI itu, dan polisi berjanji akan menahan semua pengirim SMS palsu. Sharlinie dilaporkan telah sejak 9 Januari 2008 ketika dalam perjalanan pulang dari taman permainan di dekat rumahnya sekitar pukul 11.30 waktu Malaysia (10.30 WIB). Kepala Polisi Malaysia Musa Hassan, menganggap orang yang memberi maklumat palsu sebagai tindakan dan merusak penyidikan polisi. "Bagi saya, mereka itu ialah orang yang tiada otak... mereka ini hanya menyusahkan penyidikan polisi. Mereka tidak boleh main-main dengan siasatan polisi. Kita sangat serius dalam kerja kita. Kita bisa saja menyeret ke pengadilan," katanya. Sebelumnya, seorang TKW Indonesia, Fitriyani, yang menjadi penjaga toko pakaian di Nilai, Negeri Sembilan, ditahan polisi Malaysia karena memberikan SMS palsu kepada polisi terkait dengan kasus Nurin Jazlin Jazimin, 8 tahun, yang diculik dan dibunuh secara sadis karena mayatnya ditaruh dalam tas olah raga dan diletakan di depan sebuah pertokoan. Ia mengirim SMS bahwa Nurin ada dalam lindungannya dan akan dikembalikan ke orang tua dengan segera. Tapi Fitriyani kemudian dilepaskan polisi dari tuduhan terlibat penculikan Nurin tetapi menahan karena bekerja tidak punya izin. Media massa Malaysia beberapa hari menempatkan berita itu di halaman 1, termasuk dilepaskan dari tahanan polisi. Tapi tidak ada yang mengungkapkan apa alasannya. Wakil kepolisian RI di KBRI Kuala Lumpur, Setyo Wasisto, setelah berhasil bertemu dengan Fitriyani di kantor polisi berhasil mengorek keterangan bahwa keisengan dia disebabkan karena sakit hati setelah pacaran dengan dua polisi Malaysia dan telah berhubungan seperti suami istri kemudian diabaikan. Tapi motif pengiriman SMS Fitriyani tidak pernah terungkap di media massa Malaysia. Salah seorang perwakilan polisi RI, Elisa sedang berusaha untuk menemui PRT Indonesia yang baru ditahan untuk memberikan advokasi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008