Jakarta (ANTARA News) - Gino (40), suami Tenaga Kerja Wanita (TKW) Yanti Irianti binti Joko Sukardi (35) yang tereksekusi hukum pacung di Arab Saudi, bersama dua dari lima anaknya --Sulton (3,5) dan Widi (5)-- mendatangi Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi guna bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang memimpin rapat kabinet terbatas, Rabu. "Saya mau ketemu Pak Presiden SBY. Saya mau minta pemerintah memulangkah jenazah istri saya. Saya juga meminta, agar hak-hak istrinya selama bekerja di Arab Saudi dipenuhi," kata Gino, yang sehari-harinya bererja sebagai pedagang asongan di bus di kawasan Cianjur, Jawa Barat, itu. Dengan didampingi oleh sejumlah pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Migrant Care, Gino menanti selesainya rapat kabinet terbatas Presiden dengan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). Ia mengemukakan, tidak mengetahui kalau istrinya telah dieksekusi, karena tidak ada pemberitahuan dari Pemerintah RI. Gino mengatakan bahwa dirinya mengetahui eksekusi itu dari adiknya yang kebetulan menonton televisi beberapa hari setelah eksekusi. "Tidak ada firasat, bahkan istri saya sempat menelepon untuk mengatakan empat bulan lagi akan pulang," katanya. Ia mengemukakan, istrinya hampir 30 kali meneleponnya semenjak berada di tahanan Arab Saudi. Sambil terisak, ia mengatakan bahwa istrinya tidak pernah mengeluh. "Istri saya tidak pernah mengeluh. Kalau soal tuduhan katanya dia difitnah, dituduh membawa emas. Istri saya sempat bersumpah tidak mengambil emas," ujar warga kampung Benda RT03/07 Desa Sukataris, Karang Tengah, Cianjur, Jawa Barat, itu. Pada kesempatan itu, Gino yang mengaku datang ke Jakarta karena dibawa Migrant Care, dan mengatakan bahwa ia dan keluarganya sedikit terhibur dengan santunan yang diberikan pemerintah. Sebelumnya, Gino memperoleh santunan yang diberikan langsung melalui rekening bank sebesar 4.500 dolar Amerika Serikat (AS) yang berasal dari asuransi kematian, 1.500 dolar AS dari PJTKI dan Rp10 juta dari Depnakertrans. Sedangkan, Ketua Migrant Care Anis Hidayah menyayangkan sikap pemerintah yang sangat terlambat memberikan informasi kepada pihak keluarga terkait dengan eksekusi mati atas Yanti. "Klaim pemerintah bahwa keluarga sudah diberi tahu itu bohong," katanya. Ia kemudian meminta pemerintah tidak melihat kasus Yanti sebagai kasus kriminal murni, namun juga melihat motif pembunuhan yang dilakukan istrinya tersebut. Namun, keinginan Gino untuk bertemu Presiden Yudhoyono tampaknya tidak mudah, karena hingga Rabu siang tampak aparat keamanan dan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) berjaga-jaga di sekitar Gino yang menunggu Presiden Yudhoyono di luar ruang konferensi pers. Yanti Iriyanti binti Joko Sukardi dieksekusi mati pada Sabtu pagi pukul 10.00 waktu Arab Saudi pada pekan lalu. Ia dinyatakan pengadilan Arab Saudi terbukti membunuh dengan mencekik majikannya, Aisha al-Makhaled, menggunakan bantal. Selain membunuh, Yanti juga disebut mencuri perhiasan majikannya yang tinggal di Provinsi Selatan Assir itu. Sementara itu, Juru Bicara (Jubir) Departemen Luar Negeri (Deplu), Kristiarto Legowo, menegaskan bahwa pihaknya sudah berupaya keras memberikan perlindungan dan bantuan hukum bagi Yanti sejak kepolisian Arab Saudi menginvestigasi sampai menuju persidangan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008