Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menargetkan penguasaan tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional meningkat di pasar Jepang dari sekitar 2,9 persen menjadi sekitar 5-7 persen, menyusul pemberlakuan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) tahun ini. "Pangsa pasar TPT Indonesia terus meningkat di Jepang dan kami harapkan terus tumbuh dengan adanya kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang," ujar Sekretaris Eksekutif API, Ernovian G Ismy, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, pada 2006 ekspor TPT Indonesia ke Jepang mencapai sekitar 494 juta dolar AS dengan penguasaan pasar hanya 1,8 persen. Namun jumlah tersebut tumbuh pada 2007 menjadi sekitar 504 juta dolar AS dengan penguasaan pasar sekitar 2,9 persen. "Potensi pasar Jepang semakin menjanjikan dengan adanya IJEPA tersebut," katanya. Diakuinya, China masih menguasai pasar TPT Jepang. Ia memperkirakan China menguasai sekitar 80 persen pasar tekstil di Negara Sakura tersebut dan bermain pada hampir semua produk tekstil. "Sedangkan Indonesia, ekspor TPT terbesar berupa kain, karena produk pakaian jadi dikuasai China," ujarnya. Namun, ia optimis ekspor TPT Indonesia ke Jepang akan terus meningkat, karena dengan kerangka IJEPA, tidak ada lagi hambatan tarif TPT ke Jepang. Kendati demikian, ia berharap ada bantuan teknis dari Jepang untuk akses pasar, terutama memahami selera pasar Jepang. Oleh karena itu, Ernovian Pemerintah Jepang serius memberi bantuan teknis guna mendongkrak daya saing Indonesia tidak hanya di pasar Jepang, tapi juga pasar internasional. Menurut dia, kesepakatan dalam IJEPA, Pemerintah Jepang memiliki komitmen untuk memberi bantuan teknis berupa teknologi pencelupan, penggunaan mesin hemat energi guna menekan biaya produksi, serta pengembangan pasar. Bantuan teknis tersebut, diakuinya dikemas dalam bentuk pendirian Pusat Pengembangan Industri Manufaktur (MIDEC) yang dibangun pemerintah Indonesia-Jepang. "Kami berharap dalam bantuan pelatihan tersebut bukan pegawai pemerintah yang dilatih, tapi langsung kepada industrinya," ujar Ernovian. Sejauh ini, ia mengakui Jepang melalui lembaganya, NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization), telah memberi bantuan kepada salah satu industri TPT nasional untuk proyek uji coba penggunaan teknologi tertentu guna menekan biaya energi. "Tapi kami juga butuh dukungan Pemerintah Jepang untuk membantu restrukturisasi mesin industri TPT, karena Jepang memiliki industri permesinan yang cukup kuat," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008