Jakarta (ANTARA News) - Produk-produk kuliner asal Malaysia berpotensi menjadi ancaman serius bagi produk-produk makanan Nusantara, terutama di sejumlah pameran tingkat internasional, karena Malaysia gencar mengkampanyekan produk bersertifikat halal. "Produk makanan kita terancam oleh Malaysia, salah satunya karena mereka gencar mengkampanyekan produk makanan bersertifikat halal, sedangkan kita belum," kata Deputi Kementerian Negara Koperasi dan UKM Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha, Sri Ernawati, di Jakarta, Kamis. Oleh karena itu, pihaknya saat ini terus proaktif mendukung koperasi dan UKM (KUKM) yang bergerak di bidang produksi makanan agar tetap berproduksi dengan melakukan berbagai terobosan baru. Kemenegkop juga terus mengupayakan agar KUKM-KUKM tersebut setiap tahun mengikuti pameran kuliner tingkat internasional dimana salah satu yang terbesar diselenggarakan di Malaysia yaitu Malaysia International Halal. "Kita akan selalu ikutkan KUKM dalam pameran internasional, apalagi Malaysia memang sudah mempunyai tempat atau ajang pemeran yang bagus kita ikut tempatnya saja untuk mempromosikan produk kuliner kita," katanya. Menurut dia, produk-produk makanan Indonesia sebenarnya memiliki keunggulan yang hampir tidak bisa dikalahkan oleh Malaysia terutama dalam hal bahan bakunya. "Kita mempunyai umbi-umbian yang terbaik, jagung berkualitas, belum lagi ragam buah-buahan. Kemudian dari sisi kuliner saya rasa lebih bagus hanya saja belum dikemas secara industri," katanya. Pihaknya mengakui pemasaran produk makanan KUKM Indonesia tertinggal karena salah satunya kalah bersaing dalam hal kemasan dan kerapian penyajian. Selain itu, di tanah air belum ada kesiapan pelaku KUKM makanan untuk terlibat dalam bisnis kuliner yang diwaralabakan. "Biasanya bisnis kuliner akan berkembang bila diwaralabakan. Kita agak tertinggal di situ. Pemerintah sebenarnya telah berupaya mendorong untuk itu, tapi rupanya pelaku KUKM belum siap. Memang sudah ada dua asosiasi franchise, tetapi mereka belum siap," kata Sri Ernawati. (*)

Copyright © ANTARA 2008