Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso meminta pengamanan wilayah udara nasional dioptimalkan, mengingat sebagian dari sangat luasnya wilayah udara RI yang belum terpantau atau ter-cover secara maksimal. "Wilayah udara nasional yang terbentang luas dengan sumber daya alam melimpah, sudah selayaknya menjadi perhatian kita semua untuk dapat mengamankannya secara optimal," katanya, pada upacara serah terima jabatan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) di Jakarta, Jumat. Djoko Santoso mengatakan, untuk dapat mengamankan wilayah udara nasional yang membentang luas dengan keterbatasan alat utama sistem senjata (alutsista) maka diperlukan invonasi dan kreativitas dalam pelaksanaan pengamanannya. Salah satunya, tambah Djoko, memprioritaskan pengawasan serta pengamanan wilayah udara yang paling rawan terjadi pelanggaran udara. Selain itu, lanjut dia, mengembangkan kerja sama dengan institusi nasional lain yang terkait bidang kedirgantaraan. "Hal tersebut, merupakan terobosan yang sangat produktif dan efektif, termasuk dalam mengurangi ketergantungan teknologi luar negeri," ujarnya. Djoko menambahkan, keterbatasan alutsista yang dimiliki tidak boleh menjadi hambatan untuk memaksimalkan pengamanan wilayah udara nasional. "Kesiapan materiil dapat terus dilakukan melalui pemeiharaan yang terjaga, serta penetapan skala prioritas atau efisiensi pemanfaatan alutsista yang ada," tuturnya. Wilayah udara nasional kerapkali ditembus armada asing tak berizin seperti kasus manuver F/A-18 Hornet Amerika Serikat (AS) di atas Bawean pada 2003 dan P-3 Orion serta pesawat angkut militer C-5 Galaxy pada Agustus dan Desember 2006. Jabatan Pangkohanudnas diserahterimakan dari Marsekal Muda Gandjar Wiranegara kepada Marsekal Pertama Pandji Utama Iskaq dalam sebuah upacara militer, yang dipimpin Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008