Jakarta (ANTARA News) - Perekonomian Amerika Serikat saat ini dalam kondisi ketidakpastian dan dibayangi resesi karena dampak dari krisis subprime mortgage ternyata masih ada, membuat pasar finansial dan saham global gonjang-ganjing. Namun investasi saham masih tetap menjanjikan, meski masih dibayangi dengan turun naiknya indeks yang lumayan besar, kata Head of Research Mega Capital, Felix Sindhunata dalam acara diskusi dengan Forum Wartawan Pasar Modal Indonesia di Jakarta, Jumat. "Kami masih tetap optimis dengan pasar saham, asal saja investor waspada dan mencermati kondisi perekonomian dunia terutama AS, dan jeli memilih mana yang masih memberikan ruang mendapat keuntungan,"kata Felix Sindhunata. Menurutnya ada beberapa sektor usaha yang masih memberikan harapan investasi di tahun 2008. Pertama sektor pertambangan (batubara) dan kedua sektor telekomunikasi. "Komoditi batubara terus naik harganya dan selalu menjadi incaran dari industri global,"ujarnya. Sementara sektor telekomunikasi juga masih memberikan harapan terutama untuk operator telekomunikasi skala kecil yang punya pertumbuhan bagus. Dia menambahkan dari 12 operator telekomunikasi yang ada di Indonesia memang terjadi persaingan yang sangat ketat. Namun operator skala kecil masih memberikan ruang pertumbuhan yang bagus. "Karena pada dasarnya orang akan mencari biaya telepon yang sangat murah dan sesuai dengan keperluan saja. Fasilitas ini biasanya disediakan operator skala kecil,katanya. Sedangkan operator besar seperti Telkom dan Indosat masih punya pertumbuhan, namun pertumbuhan tersebut terus melambat. Berbeda dengan Felix, Head of Research Recapital Securities, Poltak Hotradero agak pesimis dengan kondisi investasi saham pada 2008. Dia lebih memilih pada strategi defensif. "Kami masih tahan dulu meski harga saham murah, dan lebih memilih "preserve cash","katanya. Masalahnya menurut Poltak, kondisi perekonomian dunia masih terus dibayangi oleh dampak krisis subprime mortgage. "Setiap saat indeks saham bisa turun lebih besar lagi, setiap ada pengumuman kerugian yang dialami perusahaan keuangan dunia macam Merryl Linch,"ujarnya. Poltak mengatakan perusahaan keuangan global setiap saat dapat menarik atau menjual portofolio investasinya yang ada di berbagai belahan dunia termasuk bursa Indonesia. "Dalam sekejap uang yang mereka tanam bisa lari keluar dan sangat berbeda dengan perusahaan multinasional (sektor rii)l yang meskipun mengalami kerugian tapi mereka tidak bisa serta-merta begitu saja menjual pabrik atau asetnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008