Jakarta (ANTARA News) - Festival Film bertema Lingkungan yang dikemas dalam acara "South to South Film Festival" 2008 akan digelar tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di sejumlah kota di Indonesia terutama wilayah yang bermasalah dengan eksploitasi sumber daya alam. Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Siti Maemunah di Jakarta, Selasa, mengungkapkan pihaknya berencana menggelar pemutaran film bertema lingkungan di 11 daerah di antaranya Makassar dan Jayapura. "Pemutaran film itu diharapkan dapat menggugah publik untuk lebih peduli pada isu-isu lingkungan. Tontonan masyarakat di televisi masih didominasi tayangan sinetron yang hanya mementingkan pemeringkatan dan film-film tentang percintaan, hantu, dan mistik saja. Padahal kalau kita tidak kritis terhadap isu lingkungan, kita akan terbodohi dengan tayangan yang itu-itu saja," katanya. Rencana `roadshow` itu menurut Siti akan berlangsung mulai Februari mendatang. Sementara pada 25-27 Januari, festival film lingkungan ini akan berlangsung di Jakarta. Sejumlah film yang akan diputar di antaranya berjudul "Sipakapa Is Not for Sale", sebuah film yang bercerita tentang perjuangan masyarakat Sipakapa di Guatemala, untuk menentukan masa depan kotanya antara menerima atau menolak operasi tambang di wilayahnya tersebut lewat referendum. Film ini telah masuk ke dalam beberapa festival, seperti di Festival Film Lingkungan Hidup (Environmental Film Festival) di Toronto tahun 2006 dan "The Native Spirit Festival" yang digelar di London tahun 2007. Selain itu juga diputar seri film pendek bertema Forest Series yaitu "Chained to Charcoal", "Forest Fortune" dan "Wildlife`s Worry". Sedangkan film-film pendek bertema "Water Series" yang akan diputar adalah "Fish of Fees", "Niger, "A Life Line", dan "Teluk Jakarta Under Pressure". "Target kami pelajar dan mahasiswa di daerah menonton film-film pilihan tersebut. Ini penting untuk menggugah perasaan ikut memiliki terhadap kekayaan alam Indonesia sekaligus kepedulian mereka terhadap eksploitasi sumber daya alam Indonesia yang makin parah terjadi," katanya. South oo South Film Festival merupakan festival film bertema lingkungan yang berlangsung dua tahun sekali. Festival ini pertama kali di gelar pada 2006 bertema Di Balik Kemilau Emas". Tahun 2008 tema yang diangkat "Vote for Live" (Memilih untuk Hidup). Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Jaringan Masyarakat Tambang (JATAM), Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Forest Watch Indonesia, Gekko Studio, dan Ecosister. "Tahun ini kami berharap festival ini akan sukses digelar di daerah, ada 192 relawan di berbagai daerah yang siap membantu festival film lingkungan ini," katanya. Sementara itu Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Chalid Muhammad mengatakan medium film dipilih sebagai media komunikasi dengan publik karena film bisa menangkap realitas dan pesannya lebih mudah tersampaikan. "Indonesia masih rendah dalam hal partisipasi publik dalam mengkritisi isu-isu lingkungan. Harapannya dengan festival ini masyarakat tergugah untuk mulai peduli terhadap berbagai persoalan sumber daya alam kita yang terus dieksploitasi," demikian Chalid.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008