Nairobi (ANTARA News) - Pelari marathon Kenya Wesley Ngetich tewas terbunuh akibat terkena anak panah beracun. Ia merupakan atlit internasional kedua yang menjadi korban kekacauan pascapemilihan umum selama tiga pekan terakhir. Anak panah beracun mengenai dada Ngetich pelari marathon berusia 34 tahun di wilayah barat Kenya, Transmara, dekat Pusat Olahraga Etnik Maasai Mara yang terkenal. Ngetich memenangkan lari marathon di Duluth, Minnesota pada tahun 2005, 2007 namun kerusuhan pascapemilihan umum memaksanya mengundurkan diri dari lomba marathon di Phoebnix, Arizona yang akan berlangsung bulan ini. "Kata-kata tak dapat mengungkapkan perasaan kami saat ini," kata Scott Keenan penyelenggara "lari marathon "Grandma" seperti dikutip AFP. "Kami selalu meresa senang bertemu Wesley yang datang untuk berlomba di perlombaan lari marathon "Grandma" dan sebaliknya ia (Wesley) juga selalu senang berada di sini bersama kami, sulit untuk membayangkan bahwa ia telah tiada," kata Keenan. Ayah tiga anak ini membuat catatan terbaiknya pada 2:12:10 saat ia menempati di urutan kedua di lomba lari Chevron Houston tahun 2006. Manejer Wesley, Hussein Makke mengatakan, kematian Wesley masih belum jelas. "Saya menerima informasi bahwa ada lima atau enam orang lainnya yang juga tewas dalam insiden yang sama namun saya tak punya informasi lainnya," kata Makke, yang menjadi direktur Manejemen atlit internasional Elite Sports mengatakan kepada harian Duluth Tribune. "Saya beluj mendapatkan kepastian apakah Wesley terlibat dalam kerusuhan atau ia hanya menjadi korban dari satu serangan." "Wesley adalah seorang Kenya sejati, selalu murah senyum dan selalu berfikir positif. Ia selalu ingin melakukan yang terbaik yang ia bisa lakukan...Kami semua berharap dan berdoa agar kerusuhan ini segera berakhir." Pada 31 Desember Lucas Sang, seorang anggota dari tim lari kwartet beranting 4/400m pada Olympiade 1988 di Seoul juga menjadi korban kekerasan pada 30 Desember saat Presiden Mwai Kibaki dinyatakn sebagai pemenang pemilu presiden. Sang, 45, yang sudah pensiun dan menjadi petani setelah meninggalkan jalur lomba lari tewas saat ia berjalan hendak pulang ke rumahnya di kota Eldoret yang terletak di Kenya bagian barat sementara seorang atlit lainnya Luke Kibet nyaris bernasib sama. Kerusuhan dan kekacauan telah menyebabkan enam pelari jarak menengah Kenya termasuk pelari pemenang di lomba di Austria, Peuerbach bertemu dengan Job Tanui dan Viktor Kipkosgei-Bitok meminta suaka perlindungan untuk sementara dan menunda kepulangan mereka . Negara Afrika Timur yang biasanya stabil telah dibanjiri genangan darah dalam kerusuhan dan pemimpin oposisi yang kalah dalam pemilu Odingan menolak untuk mengakui kekalahannya dari Raila malahan menudingnya melakukan kecurangan. Mantan Sek-jen PBB Kofi Annan Rabu akan mencoba membuka dialog antara Kibaki dan Odinga yang menolak untuk bertatap muka sejak pertemuan 27 Desember lalu. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008