Jakarta (ANTARA Mews) - Pertumbuhan ekspor Indonesia ke Jepang diperkirakan sedikit melambat selama 2008 mengingat pengaruh resesi yang terjadi di Amerika Serikat (AS). "Kalau (pertumbuhan ekspor ke) AS, diprediksi (turun) cukup besar karena resesi memang terjadi di sana. Semoga penurunan (pertumbuhan ekspor) ke Jepang tidak sebesar ke AS," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu usai meresmikan penyelenggaraan Indonesia-Japan Expo 2008, di Jakarta, Kamis. Pertumbuhan ekspor Indonesia ke AS tahun lalu turun 5 persen sementara trennya selama ini sebesar 10 persen. Menurut Mendag, tren pertumbuhan total perdagangan Indonesia-Jepang selama empat tahun terakhir sebesar 14,8 persen. Pada 2007, pertumbuhannya meningkat menjadi 19 persen, atau lebih besar dari tren sebelumnya. Pertumbuhan ekspor nonmigas ke Jepang mencapai 20 persen atau lebih tinggi dibanding tren selama 2002-2006 yang hanya 17,6 persen. Nilai total ekspor Indonesia ke Jepang selama Januari-September 2007 mencapai 17,5 miliar Dolar AS yang sebesar 7,3 miliar Dolar AS disumbang dari ekspor barang migas. "Tahun ini, kinerjanya masih baik, tapi kemungkinan pertumbuhannya akan turun," ujarnya. Meski demikian, Mendag mengaku telah melakukan beberapa langkah antisipasi yaitu dengan meningkatkan promosi dan diversifikasi produk terutama dari sektor manufaktur dan perikanan. Selain itu, Mendag berharap implementasi Kesepakatan Kemitraan Ekonomi (EPA) Indonesia-Jepang bisa mendorong kinerja ekspor tahun ini. "(Peningkatan ekspor ke Jepang) ada kaitan dengan peningkatan investasi Jepang," tambahnya. Terkait EPA, Mendag menjelaskan proses ratifikasi di Indonesia sudah hampir selesai, sedangkan ratifikasi EPA di pihak Jepang diperkirakan bakal dimulai Maret-April mengingat terjadinya pergantian kepemerintahan pada akhir 2007. Meski demikian, Mendag berharap EPA dapat mulai diimplementasikan sebelum 2008 berakhir. Salah satu bagian dalam EPA adalah program bantuan teknis untuk memperbaiki standar produk ekspor Indonesia mengingat Jepang memiliki syarat standar yang tinggi untuk impor produk makanan dan pertanian. "Kita sudah mulai merintis kerjasama dalam rangka EPA untuk memperbaiki standar produk kita agar memenuhi standar ekspor ke Jepang. Tapi dampaknya belum bisa terealisasi tahun ini. Mungkin tahun depan baru ada hasilnya," tambahnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008