Madinah (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan jemaah Indonesia yang akan berangkat haji pada tahun depan tidak perlu khawatir atau trauma dengan kemungkinan terjadinya lagi musibah di Terowongan Mina yang sering memakan banyak korban jiwa. "Terowongan Mina tidak lagi menakutkan, karena kini pemerintah Kerajaan Arab Saudi membangun tempat pelemparan jumrah di Mina yang aman, dengan empat jalur lalu lintas jemaah yang tidak saling bertabrakan," katanya, seperti dilaporkan wartawan Antara Akhmad Kusaeni dari Madinah, Jumat. Selama kunjungan ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah umrah, Kalla sempat meninjau pembangunan tempat pelemparan jumrah di Mina yang dibangun oleh kontraktor Bin Laden Corporation. Menurut pimpinan proyek Yahya bin Laden, proyek pembangunan jembatan lima lantai untuk arus lalu lintas jemaah saat melempar jumrah itu menelan biaya sekitar 4,2 miliar riyal atau sekitar 1,2 miliar dolar AS. "Ini proyek raksasa dengan dana raksasa. Bayangkan, 1,2 miliar dolar AS dikeluarkan untuk sesuatu yang hanya dipakai tiga hari saja setiap tahun," kata Kalla didampingi tokoh Golkar Aksa Mahmud dan pengusaha Chairul Tanjung. Di Mina setiap tahun hanya ramai pada waktu jemaah haji mabit, yaitu bermalam beberapa hari saja. Selebihnya, kota tua tempat Nabi Ibrahim melempari setan pengganggu dan tempat Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya, Nabi Ismail, itu merupakan kota yang sepi dihuni oleh beberapa penduduk yang bekerja sebagai penjaga dan tenaga kebersihan. Hampir tidak ada bangunan permanen di Mina, yang tampak adalah tenda-tenda kerucut warna putih tempat para jemaah menginap. Menurut Wapres, selama ini tempat pelemparan jumrah merupakan tempat yang paling berbahaya karena sekitar tiga juta haji berkumpul pada waktu yang hampir bersamaan selama tiga hari. Hampir setiap tahun terjadi musibah yang membawa korban jiwa. Pada musim haji tahun 2003, sebanyak 14 orang tewas terinjak dalam ibadah melempar jumrah di Mina. Ke-14 jemaah haji tersebut terdiri atas tiga warga India, empat warga Pakistan, dua warga Mesir, dan masing-masing seorang jemaah haji asal Yunani dan Yaman. Sedangkan belasan lainnya luka luka. Peristiwa itu bermula ketika satu kelompok jemaah haji telah selesai melakukan pelemparan jumrah. Ketika meninggalkan tempat, mereka bertemu dengan kelompok lain yang hendak melakukan ibadah serupa. Jemaah pun saling berdesak-desakan. Akibatnya banyak yang terjatuh dan terinjak-injak dalam peristiwa tersebut. Pada tahun 2004, sebanyak 48 jemaah haji asal Indonesia tewas dalam sebuah musibah di Mina. Mereka berasal dari empat embarkasi, yakni Jakarta, Solo, Surabaya, dan Makassar. Menurut Kalla, peristiwa semacam itu terjadi hampir setiap tahun saat pelaksanaan haji. Pada tahun 1997, musibah serupa menelan korban jiwa 340 orang, termasuk jemaah asal Indonesia. Tahun berikutnya, terjadi pula musibah serupa dengan korban sekitar 180 orang. Disusul dua tahun lalu, sekitar 35 haji tewas di tempat yang sama. "Tapi mulai tahun ini, Insya Allah, musibah seperti itu bisa dihindari dengan adanya pembangunan lima jalur lempar jumrah yang saat ini tengah dikerjakan tahap penyelesaiannya," kata Kalla. Oleh karena harus menampung banyak jemaah dalam satu waktu, BinLaden Corporation membangun jembatan tanpa kolom di tengahnya. Tempat pelemparan ula, wusta, dan aqabah jaraknya sangat berdekatan sehingga jembatan dibangun hanya dengan panjang 600 meter dan lebar 90 meter. "Nantinya jemaah bisa melempar jumrah tanpa harus saling berpapasan, sehingga lebih aman," lanjut Kalla. Rombongan Wapres diajak keliling untuk melihat jembatan yang dibangun. Sekarang ini sudah selesai empat jalur. Oleh karena fondasinya dibangun untuk menampung 12 jalur jembatan, maka jika diperlukan setiap saat bisa dibangun jalur baru di atas jembatan yang sudah ada. "Sekarang mungkin baru tiga juta orang . Nanti mungkin bisa sampai lima juta. Maka dipersiapkan pembangunan jalur jembatan baru sesuai kebutuhan," ujar Kalla. Sebelumnya, di Mina hanya terdapat dua terowongan besar sebagai jalan masuk ke lokasi pelemparan jumrah. Tahun 1994 musibah terjadi di terowongan ini karena jemaah haji berdesakan yang datang dan pulang dari melempar jumrah Aqabah, Ula, dan Wusta. Dalam musibah itu 270 orang meninggal akibat terinjak-injak ketika orang berdesakan. Peristiwa berdesakan pada Juli 1990 adalah musibah terbesar di Mina yang menimbulkan korban tewas juga dialami jemaah haji Mina. Sebanyak 1.426 orang tewas, termasuk 631 di antaranya jemaah haji Indonesia. Setelah musibah besar yang merenggut nyawa 1.426 orang itu, Pemerintah Arab Saudi kemudian memperbesar luas dan meninggikan terowongan hingga menjadi 40 meter, dengan ventilasi yang besar memanjang di atas.Lalu ditambah dengan mesin-mesin besar yang tergantung di atas terowongan dan berfungsi sebagai pengisap udara dan memompa oksigen ke dalam terowongan. Kini dengan adanya lima jembatan baru, maka sebagaimana keyakinan Wapres Jusuf Kalla, pelaksanaan ibadah melempar jumrah dipastikan akan berjalan lebih aman dan lancar. "Jadi, jemaah haji dari Indonesia dan dari mana pun tidak perlu takut dan was-was lagi," demikian Jusuf Kalla. (*)

Copyright © ANTARA 2008