Melbourne (ANTARA News) - Novak Djokovic memicu era baru di tenis putra dunia, yang telah lama didominasi Federer, dengan terobosannya menjuarai grand slam setelah mengalahkan petenis Prancis Jo-Wilfried Tsonga di Australia Terbuka. Petenis berusia 20 tahun yang sangat percaya diri itu menjadi orang Serbia pertama yang menjadi juara Grand Slam setelah menang 4-6, 6-4, 6-3, 7-6(7/2) dalam waktu tiga jam enam menit pada final Minggu (27/1). Kemenangan itu sangat penting karena menjadi final Grand Slam pertama sejak Australia Terbuka 2005 yang tidak dimenangi salah satu dari dua peringkat teratas Federer atau Rafael Nadal, yang keduanya total telah merebut 11 gelar Grand Slam sebelumnya. Djokovic belum beranjak dari peringkat ketiga dunia di bawah dua petenis top itu, tetapi ia mempersempit jarak dan ia berjanji akan menjadi petenis yang mengakhiri masa kekuasaan Federer yang telah berlangsung empat tahun terakhir. Petenis Serbia itu hanya kehilangan satu set saat merebut gelar utama itu, dan satu set itupun direbut Tsonga pada final. Kemampuan untuk menutup semua celah di lapangan menjadi faktor utama kehebatan Djokovic, yang membuat Federer jeri pada final Amerika Serikat Terbuka, September lalu, walau berhasil menang tiga set. "Mimpi semua petenis adalah menjuarai Grand Slam. Saya masih belum sepenuhnya sadar dengan apa yang telah saya capai dua pekan terakhir," ujar Djokovic. "Saya merasa lega. Ketajaman mental, kekuatan mental berperan besar," tambahnya. Tsonga, yang berparas mirip Muhammad Ali, mendapat banyak penggemar baru setelah ia menyingkirkan empat unggulan, termasuk Nadal dan peringkat kesembilan dunia Andy Murray, untuk lolos ke final pertama setelah mengikuti lima Grand Slam. Ia digambarkan sebagai petenis berkemampuan gabungan antara Boris Becker dan Yannick Noah, petenis Prancis terakhir yang merebut gelar utama 25 tahun lalu. Peringkatnya naik 18 dari posisi ke-38 di awal turnamen dan melihat apa yang berhasil dilakukannya di Australia, sepertinya ia akan menikmati tahun yang hebat kedepannya. Kekalahan straight set Federer dari Djokovic memunculkan pemikiran bahwa era petenis terhebat di zaman modern itu hampir berakhir. Juara 12 Grand Slam yang telah 209 pekan di posisi teratas tenis putra dunia itu bisa saja mengatakan tidak dalam kondisi terbaik setelah terkena virus perut beberapa saat sebelum turnamen dimulai. Tetapi ia tidak melakukannya. Ia mengakui kehebatan Djokovic setelah kalah 5-7, 3-6, 6-7 (5/7) pada semifinal. Maestro tenis dari Swiss itu kurang dua gelar Grand Slam untuk menyamai rekor Pete Sampras, 14 gelar. Sebelumnya diperkirakan Federer hanya butuh satu gelar lagi usai Australia Terbuka dan akan menyamai Sampras di Wimbledon atau AS Terbuka tahun ini. Walau pulang membawa kekecewaan, Federer masih menempati peringkat pertama dunia karena Nadal dikalahkan Tsonga pada semifinal. Calon pewaris tahta, Djokovic, menghambat Federer untuk menambah rekor lolos ke final 10 Grand Slam beruntun dan itu kekalahan pertamanya di semifinal sejak dikalahkan Nadal pada Prancis Terbuka 2005. Federer telah 16 kali tak terkalahkan di Australia Terbuka sejak kalah lima set dari Marat Safin pada semifinal 2005. Nadal dihempaskan Tsonga saat petenis Spanyol itu dalam kondisi sangat percaya diri karena tidak pernah kehilangan satu set pun pada lima laga sebelumnya. Nadal akan kembali ke lapangan tanah liat yang sangat dikuasainya di Roland Garros pada Mei mendatang untuk mencoba merebut gelar Prancis Terbuka yang keempat beruntun, demikian AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008