Markas PBB, New York (ANTARA News) - Dewan Keamanan PBB menyesalkan kekerasan pasca-pemilihan di Kenya dan menyampaikan dukungan pada upaya mantan sekjen PBB Kofi Annan untuk menengahi antara presiden negara itu dan oposisi penting saingannya. Satu bulan kekerasan politik dan etnik telah menewaskan 850 orang di Kenya sejak Presiden Mwai Kibaki kembali ke kekuasaan melalui pemilihan 27 Desember yang menimbulkan tuduhan meluas akan kecurangan pemilihan serta mencetuskan gelombang ketidakstabilan dan demonstrasi. "Anggota dewan menyesalkan kekerasan yang terus terjadi menyusul pemilihan yang diperselisihkan di Kenya," presiden dewan, duta besar Giadalla Ettalhi dari Libia, mengatakan dalam satu pernyataan. Anggota Dewan Keamanan "menekankan dukungan penuh mereka pada upaya panel para tokoh penting Afrika, yang dipimpin oleh Kofi Annan, untuk berusaha memecahkan krisis di Kenya", ia mengatakan. Pemimpin Inggris, Perancis, Jerman dan Uni Eropa semuanya memberikan dukungan mereka pada upaya penengahan Annan pada pertemuan di London Selasa. Misi Kenya untuk PBB telah mengirim sepucuk surat pada Ettalhi yang mengatakan Menlu Moses Wetangula ingin memberikan penjelasan singkat pada Dewan Keamanan, tapi duta besar Libia itu mengatakan tanggal untuk memberikan briefing belum ditetapkan. Diplomat penting AS untuk Afrika telah mendesak Kibaki dan peimpin oposisi Raila Odinga, yang pendukung dan suku mereka yang bersaing telah saling menyerang pihak lainnya selama beberapa pekan, mengatakan pembalasan dendam etnik telah "berjalan jauh sekali". "Telah ada upaya terorganisir untuk mengusir orang dari Lembah Rift...itu pembersihan etnis nyata," Pembantu Menlu AS untuk Urusan Afrika Jendayi Frazer mengatakan di Ethiopia. Wakil Sekjen PBB untuk urusan politik, Lynn Pascoe, mengatakan pada wartawan, ia tidak ingin menggunakan cap untuk melukiskan kekerasan itu, tapi menambahkan: "Saya kira jelas bahwa beberapa dari hal itu (kekerasan) atas dasar etnik". Dubes Inggris untuk PBB John Sawers mengatakan fakta bahwa Dewan Keamanan telah membicarakan masalah itu juga menunjukkan bagaimana seriusnya situasi yang terjadi dan bahwa mereka dapat menjadi lebih dalam terlibat jika kekerasan memburuk. "Pada saat ini kami mengharapkan bahwa keprihatinan bersama yang luas dan mendesak di sekeliling dunia akan membawa para pemimpin politik Kenya ke proses politik dan upaya penengahan yang Kofi Annan pimpin," kata Sawers. (*)

Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2008