Bengkulu (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Lebong, Bengkulu, mulai tahun 2008 menaikkan harga beli tikus yang dibunuh warga dari Rp500 menjadi Rp1.000/ekor dalam upaya membasmi hama tikus penyebab gagal panen di kabupaten tersebut. Dana khusus pembelian tikus kepada petani/warga itu dianggarkan dari APBD yang jumlahnya cukup besar, sehingga diharapkan petani makin bergairah memburu hama tikus dan hasil panen semakin baik, kata Bupati Lebong Drs Dalhadi Umar, Jumat. Hama tikus merupakan salah satu penyebab tingginya gagal panen padi sawah petani setempat dan daerah itu sangat potensi terhadap serangan hama tersebut, karena areal persawahannya sangat dekat dengan kawasan hutan. Setiap tahun ratusan hektar sawah petani di Lebong gagal panen akibat serangan hama tikus. Pada musim tanam tahun 2007 ada sekitar 300-an hektar tanaman padi gagal panen dan bahkan dalam satu hamparan luasnya mencapai 25 Ha. Sasaran serangan hama tikus di Lebong sebagian besar areal persawahan irigasi non teknis yang lokasinya di sekitar kawasan hutan/semak belukar. Areal pesawahan irigasi teknis dengan hamparan luas sangat kecil diganggu hama tikus. Areal persawahan non irigasi teknis di Kabupaten Lebong cukup banyak tersebar, karena lahan di wilayah itu sebagian besar daerah perbukitan. Warga memanfaatkan areal lembah di sekitar anak sungai untuk dijadikan sawah. Kabid produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebong Elfian Saleh secara terpisah mengatakan pemberantasan hama tikus di Lebong sangat rumit karena arealnya sangat mendukung untuk kediaman tikus. Menurutnya, hama itu bisa dikurangi dengan cara menanam padi secara serentak, di samping petani menggunakan racun tikus, memburu secara rutin dan memelihara brung hantu pemakan tikus. "Burung hantu itu harus dipelihara oleh petani, jangan sampai diburu seperti selama ini, karena populasinya juga sudah langka," katanya. Luas areal persawahan di Lebong seluruhnya sekitar 9.000 Ha, lahan itu tersebar di beberapa lokasi pada masing-masing kecamatan. Biasanya areal persawahan petani masih menggunakan irigasi desa di sekitar kebun kopi dan kebun karet, dengan pola menanam satu kali dalam setahun.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008