Jakarta (ANTARA News) - Mantan Kabulog Rahardi Ramelan mengusulkan agar Bulog dan BUMN perdagangan masuk pasar bursa berjangka ("future trading") dunia untuk mengamankan komoditas bahan pokok yang impornya masih tinggi guna menjaga stabilitas pasokan domestik. "Menurut saya, untuk komoditas yang impornya masih tinggi, suruh Bulog dan BUMN lainnya aktif di bursa berjangka," ujar Rahardi yang juga pernah menjadi Menperindag era Presiden BJ Habibie, kepada ANTARA News, di Jakarta, Minggu. Ia mengatakan, dengan Bulog atau BUMN lainnya yang ditugasi pemerintah masuk ke pasar berjangka, maka Indonesia bisa mendapatkan pasokan bahan pokok lebih murah di tengah harga komoditas pertanian yang bergejolak. "Misalnya kedelai, memang harga di dunia sedang meningkat. Kalau Bulog beli sekarang di pasar spot, siapapun juga bisa membeli. Tapi kalau dia beli empat bulan yang lalu, harganya bisa lebih murah," katanya. Oleh karena itu, kata dia, pemerintah sebaiknya membuat kebijakan yang memberi kewenangan Bulog maupun BUMN lainnya yang ditunjuk masuk ke bursa berjangka, guna mengamankan stok dan harga pangan domestik. Rahardi menyebutkan sejumlah komoditas yang impornya masih tinggi antara lain kedelai, gula, dan beras. "Kalaupun tidak dipakai (pembelian komoditas di pasar berjangka tersebut), kan bisa dijual kembali di pasar internasional, tidak usah masuk ke Indonesia," katanya. Rahardi menyayangkan banyak perangkat perdagangan yang telah dibuat pemerintah namun tidak digunakan, seperti Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Sistem Resi Gudang (WRS). "Saat ini banyak sekali perangkat perdagangan yang telah diciptakan, tapi tidak dipakai," katanya. Ia menilai ada perbedaan konsep di antara departemen dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu. Deptan cenderung kepada pembelian pasar spot, karena yakin terhadap produksi dalam negeri, sedangkan Deperdag ingin mengaktifkan pasar lelang. "Akhirnya di sinilah petani dipermainkan oleh para pembeli," ujar Rahardi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008