Perth (ANTARA News) - Dalam pertemuannya dengan Menlu Australia di Perth pada Kamis, Menlu Indonesia Hasan Wirajuda mengangkat kembali isu peringatan perjalanan (travel advisory) ke Indonesia yang masih diberlakukan negara Kanguru itu, kendati Canberra menilai Indonesia telah berhasil menumpas bahaya terorisme. Stephen Smith dan Wirajuda berdialog sebelum keduanya menandatangani naskah "proses verbal pertukaran nota diplomatik" Perjanjian keamanan Indonesia-Australia. Proses yang menandakan mulai berlakunya perjanjian yang ditandatangani di Lombok 13 November 2006 lalu dan telah diratifikasi parlemen kedua negara pada 2007. Wirajuda mengatakan, travel advisory yang dimaksudkan untuk memperingatkan warga negaranya agar tidak bepergian ke Indonesia, dikeluarkan Australia sejak terjadinya insiden serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS). Masih diberlakukan travel advisory itu oleh Wirajuda dinilai menghambat upaya kedua bangsa membangun dan memperkuat hubungan antar-masyarakat. Isu peringatan perjalanan ini juga akan ia singgung dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd di Sydney hari Jumat (8/2), katanya di depan puluhan warga masyarakat Indonesia dan Australia yang hadir dalam acara sarapan pagi beberapa jam sebelum pertemuannya dengan Menlu Smith berlangsung. Menlu Wirajuda mengatakan, kehadiran sekitar 16 ribu mahasiswa Indonesia di Australia merupakan investasi bersama kedua negara dalam memperkuat hubungan jangka panjang, namun Indonesia pun berkeinginan lebih banyak mahasiswa Australia yang datang dan belajar di Indonesia. "Kami akan menyambut kedatangan lebih banyak pelajar/mahasiswa Australia belajar di Indonesia," katanya. Namun, masih terus diberlakukannya "travel advisory" kepada Indonesia itu dirasakan menghambat upaya penguatan hubungan di tingkat rakyat kedua negara, katanya. Dalam sesi tanya jawab pada acara sarapan pagi yang berlangsung di salah satu hotel berbintang di Perth, Australia Barat, itu, seorang warga Australia juga mengangkat isu "travel advisory" bagi warga Australia yang akan berkunjung ke Indonesia maupun isu tentang sulitnya orang-orang Indonesia yang ingin berwisata ke Australia mendapatkan visa dari kantor perwakilan Australia di Indonesia. Menanggapi hal ini, Menlu Wirajuda mengakui bahwa "travel advisory" yang masih diberlakukan Canberra di tengah keberhasilan kedua negara dalam memerangi bahaya terorisme sebagai sesuatu yang menghambat upaya membangun hubungan di tingkat masyarakat. Indonesia sebenarnya dinilai Australia berhasil dalam memerangi terorisme dan sejauh ini sudah sekitar 400 orang yang terlibat dalam berbagai aksi terorisme ditangkap dan dihukum. Pendekatan kontraterorisme Indonesia berupaya menyeimbangkan antara penegakan hukum dan perlindungan terhadap hak azasi manusia warga negara Indonesia, katanya. Pemerintah Australia sendiri, seperti pernah disampaikan mantan Menlu Alexander Downer, mengakui keberhasilan Indonesia dalam upayanya menumpas bahaya terorisme itu, katanya. Mengenai masalah sulitnya sebagian warga negara Indonesia mendapatkan visa kunjungan wisata ke Australia, Menlu Wirajuda mengatakan, negara-negara lain diharapkan ikut memberlakukan visa on arrival seperti yang telah dilakukan Indonesia. Sementara itu, Menlu Stephen Smith dalam jumpa pers dengan wartawan Indonesia dan Australia mengakui isu "travel advisory` sempat mengemuka dalam pertemuannya dengan Menlu Wirajuda. Ia mengatakan, "travel advisory" itu dikeluarkan pemerintah federal mengingat masalah keamanan dan keselamatan warga negara Australia di luar negeri merupakan keprihatinan utama pemerintah. Pemberlakuan peringatan perjalanan ini pun terus dievaluasi secara reguler, katanya. Sehubungan dengan upaya menciptakan rasa aman dan keselamatan bagi seluruh warga dunia, ia mengatakan, komitmen Indonesia, Australia dan komunitas internasional dalam menumpas bahaya terorisme perlu diteruskan karena hal ini akan membantu terciptanya kondisi aman. Pemberlakuan "travel advisory" terhadap Indonesia itu terbukti menghambat banyak program kerja sama antarlembaga dan masyarakat kedua negara. Banyak murid dan guru Australia yang ingin memperbaiki tingkat kemampuan berbahasa Indonesia terhambat ke Indonesia sehingga mereka pergi ke Malaysia untuk tujuan belajar bahasa Indonesia. Bahkan, program pelatihan bahasa Indonesia bagi guru-guru bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia yang menjadi program Departemen Pendidikan dan Pelatihan Australia justru diselenggarakan di Darwin, Northern Territory (NT), belum lama ini sedangkan guru-guru bahasa asing lainnya mengikuti program pelatihan yang sama di negara asal bahasa asing yang mereka ajarkan di sekolah. Seperti diakui banyak guru dan akademisi Australia yang ditemui ANTARA dalam berbagai kesempatan, pihak lembaga pendidikan di mana mereka berada enggan mengambil risiko beban asuransi yang tinggi jika mereka tetap mengizinkan staf pengajar mereka berkunjung ke Indonesia gara-gara adanya travel advisory itu. Terkait dengan Perjanjian Lombok yang sudah resmi berlaku mulai Kamis, kedua negara sepakat memperkuat 10 bidang kerja sama, yakni pertahanan, penegakan hukum, kontraterorisme, intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan senjata pemusnah massal, kerja sama darurat, kerja sama dalam organisasi dunia tentang isu-isu keamanan dan kerja sama antarmasyarakat. Kedua pemerintah juga sepakat memperpanjang nota kesepahaman kedua negara tentang pemberantasan terorisme internasional selama tiga tahun. Dalam kunjungan tiga harinya di Australia, selain ke Perth, Menlu Wirajuda juga akan ke Sydney untuk bertemu gubernur negara bagian New South Wales dan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd hari Jumat (8/2).

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008