Semarang (ANTARA News) Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Tarman Azam mengatakan, Hari Pers Nasional (HPN) 2008 merupakan momentum tepat bagi insan pers untuk melakukan introspeksi atau mawas diri. "Penyelenggaraan HPN penting karena inilah momentum kita melakukan instrospeksi, meninjau ulang peran pers," kata Tarman Azam di Semarang, Kamis malam. Ia mengatakan hal tersebut usai acara malam ramah tamah HPN 2008 di Balai Kota Semarang. Hadir dalam acara tersebut antara lain, Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip, Wakil Wali Kota Machfud Ali. Dengan HPN bertemu secara nasional semua tokoh pers dari mana pun elemennya, kemudian membahas persoalan bersama dengan cara kritik dan otokritik. "Siapa pun boleh mengritik kita dan kita mengritik diri kita. Dengan cara demikian kita memperbarui tekad dan semangat setiap tahun. Jadi jangan dilihat kegiatan ini hura-hura," katanya. Ia mengatakan, bayangkan kalau insan pers tidak pernah bertemu membahas persoalan pers. Konvensi nasional Media Massa se-Indonesia penting untuk membuka wawasan para wartawan guna memahami persoalan Indonesia masa depan. Indonesia tidak memiliki GBHN, katanya, sehingga arah negara ini tidak jelas. Namun dengan adanya ide dari Indonesian Forum memberikan pencerahan tentang harapan Indonesia ke depan, ternyata ditangkap oleh pemerintah. "Mengapa ide mereka tidak ditangkap oleh pers, supaya pers bisa menjelaskan pada publik bahwa kita sebagai bangsa masih punya banyak harapan," katanya. Ia menilai pada masa reformasi pers banyak mengalami kemajuan walaupun akibat liberalisasi terjadi "gonjang-ganjing", tetapi secara umum pers mengalami kemajuan. Daya kritis publik semakin kuat, katanya, kemudian publik dididik media untuk bersikap kritis di dalam rekrutmen pemimpin di semua daerah secara nasional. "Hal ini merupakan proses pembelajaran luar biasa. Hanya, konsekuensi liberalisasi juga muncul `orang-orang di bawah standar yang tidak memenuhi kompetensi," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008