Bandung (ANTARA News) - Pakar arsitektur ITB dan aktivis Bandung Hertitage, Dibyo Widodo mengingatkan pemerintah dan instansi terkait untuk berhati-hati memberlakukan rekayasa jalur searah karena bisa membunuh kawasan perniagaan. "Kawasan perdagangan Jalan Braga contohnya, setelah jalur tersebut diberlakukan jalan searah perdagangan di sana mati," kata Dibyo Widodo di Bandung, Minggu. Selain itu, kata Dibyo, banyak jalur perdagangan lainnya di Kota Bandung yang mati akibat adaya rekayasan "one way traffic" itu. Ia mencontohkan di jalur Jalan Sudirman. Apalagi beberapa rekayasa jalur itu tidak diikuti oleh lokasi parkir sehingga benar-benar jalur itu menjadi tempat persimpangan. Pada kesempatan itu, pakar arsitektur ITB itu meminta pemerintah lebih konsisten lagi menegakan aturan dan Perda tentang tata ruang wilayah. "Pembangunan dan rekayasa jalur itu harus mempertimbangkan dampaknya secara ekonomi, pariwisata dan juga kenyamanan wilayah," katanya. Dibyo mengkritik derasnya perijinan untuk mini market dan supper mall yang mematikan pasar-pasar tradisional. Kota Bandung contohnya, menggenjot konsep "Kota Jasa" melalui kehadiran mall dan factory outlet. Sekilas cukup berhasil, namun untuk menarik wisatawan mancanegara kurang pas. "Para turis butuh suasana alami, pasar-pasar tradisional dan kenyamanan jalan-jalan di kawaan kota ini. Seharusnya tidak asal membangun tapi dampaknya harus diperhitungkan," ucapnya. Lebih lanjut ia menyebutkan, konsep pengembangan dan pembangunan kota harus dilakukan dengan visi yang jelas sehingga tidak menimbulkan dampak di masa mendatang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008