Soreang, Jawa Barat (ANTARA News) - Sebuah partai puncak seharusnya berjalan dengan ramai, tegang, dan dramatis, namun tidak demikian halnya dengan final Liga Djarum Indonesia (LDI) 2007 antara Sriwijaya FC dan PSMS Medan. Untuk final yang hambar tersebut Badan Liga Indonesia (BLI) memohon maaf. Pertandingan di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Minggu malam, itu kurang greget, karena tidak bisa disaksikan langsung oleh pendukung kedua kesebelasan. Laga itu sendiri akhirnya menciptakan sejarah baru setelah Sriwijaya FC mengalahkan PSMS 3-1 dan menjadi klub pertama di Indonesia yang memperoleh dua gelar dalam satu musim kompetisi. "Kami memohon maaf kepada semua penggemar sepak bola di Indonesia, terutama suporter PSMS dan Sriwijaya, atas hambarnya pertandingan final ini," kata Ketua BLI Andi Darussalam Tabusala. "Langkah ini (tanpa penonton) kami ambil untuk menyelamatkan kompetisi divisi utama ini," tambahnya. Final LDI 2007 seharusnya dilangsungkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, --stadion termegah di Indonesia-- pada Sabtu (9/2) malam. Akan tetapi, tewasnya Fathul Mulyadin, seorang suporter Persija, dalam bentrokan antar penonton pada laga semifinal di Stadion Utama, Rabu (6/2), membuat Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya tidak memberi izin pelaksanaan final. Sebelumnya Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault sempat melarang pertandingan final berlangsung di Jakarta. Bahkan Adhyaksa mengeluarkan wacana untuk melarang penggunaan Stadion Utama untuk pertandingan antar klub. BLI dan organisasi sepak bola Indonesia PSSI kemudian memindahkan pertandingan ke Soreang, akan tetapi sempat terjadi negosiasi alot dengan Kepolisian Daerah Jawa Barat dan pemerintah Kabupaten Bandung untuk beroleh izin penyelenggaraan. Izin akhirnya keluar juga pada Minggu dini hari, tetapi dengan syarat pertandingan berlangsung tanpa penonton. Menurut Andi Darussalam, pilihan tersebut menjadi yang terbaik dari opsi lain seperti memundurkan pertandingan hingga akhir pekan mendatang. "Kami malah sempat berencana memindahkan partai final ini ke luar negeri kalau izin pertandingan tidak juga keluar," kata Andi yang lalu menyebut Malaysia saat ditanya negara mana yang akan dituju. "Tetapi kedua kesebelasan meminta agar pertandingan final tetap dilakukan di dalam negeri, di manapun itu," sambungnya. Sponsor Rugi Selain penggemar sepak bola Indonesia, tentu saja kerugian besar juga diderita oleh sponsor, yaitu PT Djarum Kudus Tbk, yang harus memindahkan berbagai peralatan promosi dan seremonial dalam waktu singkat. Apalagi dalam klausul kontrak kerja sama disebutkan bahwa final LDI 2007 akan dilangsungkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Untuk itu BLI juga menyampaikan permintaan maaf kepada PT Djarum. "Saya sudah meminta maaf secara pribadi kepada Bapak Yunanto Ali (Direktur PT Zentha Hitawasana yang mewakili PT Djarum Kudus Tbk) dan kami akan membuat surat resmi permintaan maaf kepada sponsor," kata Andi Darussalam. Mengenai kompensasi bagi sponsor atas peristiwa itu, Andi mengatakan mereka akan segera membahas masalah tersebut. "Di dalam kontrak kan ada hak dan kewajiban kami dan sponsor. Tentu saja kami akan membahas masalah ini bersama Djarum," ujarnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008