Denpasar (ANTARA News) - Belasan jurnalis baik dari media cetak maupun elektronik yang begerombol menunggu kedatangan Jose Ramos Horta di Bandara Ngurah Rai, Bali, Senin siang, tampaknya kecele setelah Presiden Timor Leste yang tertembak itu urung diterbangkan ke Pulau Dewata. Setelah menunggu lebih dari empat jam, Ramos Horta tidak juga kunjung datang, akhirnya satu demi satu para jurnalis meninggalkan Bandara Ngurah Rai. Drs Nyoman Mardika, wartawan Suara Pembaruan, mengaku berada di Ngurah Rai setelah ditelepon pimpinan redaksinya dari Jakarta yang menyebutkan bahwa Ramos Horta yang mengalami luka tembak kemungkinan akan diterbangkan dari Dili ke Bali. Senada dengan Mardika, beberapa jusnalis lain juga mengaku siaga di Ngurah Rai terkait rencana kedatangan Presiden Timor Leste tersebut ke Pulau Dewata. Namun demikian, setelah ditunggu lewat tengah hari, orang nomor satu di negeri tetangga itu tidak juga kunjung datang, akhirnya para jurnalis "balik kanan" dari bandara internasional tersebut. Petugas pada Bandara Ngurah Rai menyebutkan, sejauh ini pihaknya belum menerima laporan kalau Presiden Timor Leste yang terluka akibat serangan bersenjata itu akan diterbangkan ke Bali. Biasanya, lanjut dia, kalau saja akan ada "penggede" dari negeri lain datang ke Bali, pasti telah dipersiapkan acara menyambutan seperlunya, termasuk adanya petugas keamanan dalam jumlah yang cukup. Kalau sekarang, petugas keamanan yang siaga masih dalam jumlah yang wajar, ujar petugas. Sementara dari Negeri Kanguru, ANTARA melaporkan, Ramor Horta akan diterbangkan ke Darwin, sebuah kota di Australia Utara, untuk menjalani pengobatan setelah ia mengalami luka tembak di perutnya dalam serangan pada Senin pagi. "Ramos Horta akan diterbangkan ke Darwin, Australia, untuk pengobatan lebih lanjut, dan Perdana Menteri Xanana Gusmao mengambil-alih kepemimpinan negara itu," kata Menteri Luar Negeri Zacarias da Costa. Sementara itu, seorang jurubicara rumah sakit di Darwin, "Royal Darwin Hospital" mengatakan pihaknya sedang bersiap-siap menerima Presiden Horta. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008