Markas Besar PBB, New York (ANTARA) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB), Senin, mengeluarkan Pernyataan Presiden (PRST) yang mengecam serangan kelompok pemberontak terhadap Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta (58), yang nyaris menewaskan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tersebut pada Senin dinihari. "Dewan Keamanan mengecam keras percobaan pembunuhan terhadap Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta... dan berharap semoga beliau cepat sembuh... Dewan Keamanan meminta Pemerintah Timor Leste mengadili para pelaku tindakan kejam tersebut, dan meminta semua pihak di Timor Leste untuk bekerja sama secara aktif dengan pihak berwenang," demikian bunyi PRST yang dikeluarkan di Markas Besar PBB, New York, Senin. Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara, termasuk Indonesia, pada Senin sore melakukan sidang yang membahas serangan dan percobaan pembunuhan terhadap Horta. Selain tentang insiden yang menyangkut Ramos Horta, Dewan Keamanan juga mengecam serangan yang dialami oleh Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao. "Ini (semua, red) merupakan serangan terhadap lembaga-lembaga yang sah di Timor-Leste," kata PRST. Di tengah situasi yang memanas di Timor-Leste, Dewan Keamanan meminta rakyat setempat untuk tetap tenang, menahan diri dan menjaga kestabilan di negara baru tersebut. DK-PBB juga meminta semua pihak di Timor-Leste untuk menyelesaikan masalah melalui jalan politik dan cara-cara damai melalui lembaga-lembaga dmeokratis. Terhadap Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon , Dewan Keamanan meminta untuk melaporkan perkembangan terakhir di Timor Leste dan menyatakan akan terus mengawasi situasi di negara tersebut dan jika diperlukan, akan mengambil tindakan. Sebelumnya pada hari yang sama, pernyataan mengecam juga dikeluarkan oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon di Markas Besar PBB, New York. "Sekjen mengecam keras serangan itu, serangan yang tidak bisa diterima terhadap lembaga-lembaga negara yang sah, dan meminta rakyat Timor Leste untuk tetap tenang dan tidak melakukan kekerasan," kata Ban seperti dikutip juru bicaranya, Michele Montas. Secara pribadi, Ban juga menyatakan dirinya terkejut dan merasa cemas dengan terjadinya insiden di Timor Leste terahdap Presiden Horta, yang ditembak dan mengalami luka-luka bersama sejumlah orang lainnya. Menurut Montas, Polisi PBB (UnPol) di Timor Leste saat ini berada dalam keadaan siaga penuh dan tengah berkoordinasi dengan Pasukan Keamanan Internasional (ISF) dan pihak berwenang Timor Leste. "Setelah mendapat informasi (tentang kejadian penembakan, red), Utusan Khusus Atul Khare juga langsung meninggalkan Amerika Serikat untuk berangkat kembali ke Dili," kata Montas. Ramos Horta ditembak di kediamannya pada Senin (11/2) dalam serangan oleh kelompok pemberontak yang akhirnya terlibat pertempuran dengan petugas keamanan. Dalam insiden tersebut, pemimpin pemberontak Alfredo Reinado, tewas tertembak. Kelompok bersenjata juga menggalang serangan dan mengincar kediaman PM Xanana Gusmao. Horta sendiri mengalami luka tembak dengan dua peluru dilaporkan bersarang di dada sebelah atasnya dan kemudian diterbangkan ke Darwin, Australia, untuk mendapatkan perawatan medis. Menurut laporan terakhir, kondisi Horta sudah berada dalam keadaan 'stabil'. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008