Surabaya (ANTARA News) - Tujuh anggota Korps Marinir yang tewas akibat tenggelamnya panser amfibi (pansam) BTR-50 P di Pantai Banongan, Situbondo, Jatim, pada 2 Pebruari lalu diusulkan naik pangkat satu tingkat secara anumerta. "Sekarang sedang dalam proses pengusulan kenaikan pangkat termasuk hak-hak lainnya bagi keluarga prajurit yang ditinggalkan," kata Kasal, Laksamana TNI Sumardjono, sesuai memimpin upacara pelantikan Pangarmatim, Laksda TNI Lili Supramono, dan Pangkolinlamil, Laksma TNI Bambang Supeno di Surabaya, Kamis. Ketujuh Marinir yang tewas adalah Pratu (Mar) Agus Priyanto, Kopda (Mar) Rusli Heri, Serda (Mar) Hadi Sutrisno, Kopda (Mar) Nugroho Pamungkas, Kopda (Mar) Hari Adi, Praka (Mar) Dwi Niar Priyanto dan Serka (Mar) Suryanto. Kadispenal Laksma TNI Iskandar Sitompul menambahkan bahwa selain pengusulan kenaikan pangkat, ahli waris korban juga mendapatkan hak-haknya seperti tunjangan duka dan asuransi. Selain ketujuh prajurit itu, prajurit yang tewas akibat jatuhnya pesawat intai taktis Nomad P837 milik TNI AL di Perairan Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), 30 Januari 2008, juga diusulkan naik pangkat. "Biasanya proses kenaikan pangkat seperti itu, sekitar dua bulan sudah turun," kata Iskandar Sitompul yang juga saudara kandung dari pengacara kondang, Ruhut Sitompul itu. Mengenai tim investigasi untuk mencari penyebab kecelakaan itu, kata Kasal, saat ini sedang bekerja dengan diketuai Kepala Dinas Kelaikan Material TNI AL (Laikmatal), Kolonel Laut (T) Didik Suhaeri dengan didukung dari Inspektur Jenderal TNI AL (Irjenal). Tim itu mencari data ke pantai Banongan, ke Koarmatim, Koarmabar dan satuan Korps Marinir tempat kendaraan pendarat amfibi itu berada. Hingga kini tim itu masih mengumpulkan data dan belum diketahui kesimpulannya. "Bukan hanya kendaraan tempur yang tenggelam di Situbondo yang dievaluasi, tapi semuanya. Nantinya, hasil evaluasi itu akan dikategorikan sesuai kondisinya. Untuk amfibi ada yang laik darat dan laut, bisa juga hanya laik untuk darat saja, sehingga tidak kami gunakan di laut," katanya. Pansam BTR-50 P milik Brigif I Marinir tenggelam saat latihan puncak Armada Jaya di Pantai Banongan, Situbondo, Sabtu (2/2) subuh. Saat itu pansam diluncurkan dari KRI Teluk Kao kemudian tergulung ombak setinggi satu meter sekitar 400 meter dari bibir pantai. Karena tingginya ombak dan cuaca yang kurang mendukung, kestabilan panser menuju pantai terganggu. Saat itu komandan tim tersebut langsung memerintahkan membuka pintu belakang untuk melakukan prosedur penyelamatan. Namun, saat sembilan personil dapat keluar, ada satu orang yang tersangkut pada pintu sehingga enam orang lainnya terperangkap di dalam panser yang kemudian tenggelam di kedalaman 30 meter. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008