Wina (ANTARA News) - Iran mulai mengujicoba mesin pemisah uraniumnya yang canggih, dengan mengabaikan tuntutan-tuntutan Dewan Keamanan PBB agar mengakhiri aktivitas pengayaan uraniumnya, para diplomat Barat menyatakan Rabu. Menurut para diplomat yang ditempatkan di Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di Wina, Iran telah mulai mengujicoba mesin-mesin pemisahnya dengan putaran P2 dengan gas uranium yang bertujuan memproduksi uranium yang diperkaya. "Iran sedang memperlihatkan wajahnya dan itu jelas negara itu ingin mengembangkan mesin-mesin pemisah dengan putaran buatan mereka," kata seorang diplomat Barat. Ujicoba-ujicoba itu "bertentangan" sekali dengan apa yang diharapkan PBB dari Iran, kata seorang diplomat Eropa. Di Washington, seorang pejabat senior intelijen , Rabu mengatakan bahwa Iran tetap mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dapat mengubah dengan cepat untuk produksi senjata-senjata nuklir. Negara-negara Barat, yang dipimpin AS, menduga bahwa Iran bertujuan mengembangkan sebuah senjata nuklir, tetapi Teheran mengatakan program nuklirnya adalah untuk tujuan damai yaitu memproduksi listrik. Uranium yang diperkaya akan digunakan untuk membuat bahan bakar nuklir , tetapi juga dapat digunakan untuk membuat bahan untuk bom-bom atom. Resolusi-resolusi PBB menyerukan Teheran menghentikan semua kegiatan pengayaan uranium sampai IAEA dapat membuktikan bahwa kegiatan-kegiatan seperti itu adalah semuanya untuk tujuan damai. "Setiap usaha Iran bagi mesin pemisah dengan putaran yang lebih canggih akan meningkatkan ketidak sediaan Iran sekarang pada kewajibannya untuk menghentikan semua kegiatan pengayaan uraniumnya," kata dubes AS untuk IAEA , Gregory Schulte kepada AFP pekan lalu. Tindakan itu akan menimbulkan "pelanggaran lebih jauh komitmen-komitmen internasional Iran, memberikan alasan lebih jauh kenapa kami mencemaskan ujud dari program nuklir Iran dan niat-niat para pemimpin mereka, dan memperkuat alasan bagi Dewan Keamanan untuk bertindak," katanya. Tahun lalu, para pemeriksa IAEA mengkonfirmasikan pernyataan Iran bahwa mereka memiliki 3.000 mesin pemisah dengan putaran P1 dan mengaktipkannya di fasilitas nuklir Natanz untuk memproduksi bahan yang cukup dalam satu tahun untuk membuat sebuah bom atom. Mesin-mesin pemisah dengan putaran P1 itu kini diperkirakan aktip hanya 10 persen dari kapasitasnya. Para ahli mengatakan bahwa mesin pemisah dengan putaran P-2 sekarang diperkirakan akan memperoduksi 2,5 kali lebih banyak uranium yang diperkaya ketimbang mesin pemisah P1, kendatipun Iran telah mendesain dan membangun versinya yang dimodifikasinya sendiri sementara bagian-bagian buatan asing sulit diperoleh akibat embargo perdagangan terhadap republik Islam itu. Dewan Keamanan, yang dipimpin AS dan negara-negara Eropa, sekarang sedang mempertimbangkan sanksi-sanksi baru terhadap Iran , kendatipun pemungutan suara diperkirakan tidak akan dilakukan sampai bulan depan setelah satu laporan IAEA mengenai kerjasama Iran dalam menjelaskan aktivitas nuklirnya di masa lalu. Sanksi baru yang diusulkan itu termasuk larangan perjalanan bagi para pejabat yang terlibat dalam program nuklir dan rudal Teheran dan pemeriksaan pengiriman ke dan dari Iran jika ada kecurigaan barang-barang terlarang. Paket itu akan merupakan landasan bagai sanksi-sanksi ketiga ekonomi dan perdagangan terhadap Iran karena mengabaikan tuntutan-tuntutan Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan kegiatan-kegiatan pengayaan uranium yang pihak Barat kuatirkan dapat digunakan untuk membuat sebuah senjata nuklir. Kendatipun menurut perkiraan intelijen AS tahun lalu Iran telah menghentikan program nuklir militernya, seorang pejabat senior intelijen mengemukakan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu, bahwa Iran masih memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008