Manila (ANTARA Newss) - Presiden Pilipina Gloria Macapagal Arroyo membatalkan kunjungan resmi ke sekolah utama tentara pada ahir pekan ini, karena ancaman pembunuhan oleh satu kelompok, kata kepala pengawalnya, seperti dikutip Reuters, Kamis. Brigadir Jenderal Romeo Prestoza, Kepala Satuan Pengaman Kepresidenan Filipina, membantah bahwa Arroyo membatalkan perjalanan itu, sehingga dapat tetap di Manila dan memantau unjukrasa menentang pemerintah, direncanakan diadakan pada Jumat dan Minggu. Prestoza menyatakan petugas keamanan membatalkan kunjungan Sabtu ke sekolah tentara di kota Baguio, utara Manila, itu sesudah diberitahu akan ancaman dari Jemaah Islamiah, kelompok kawasan, yang memunyai anggota berpangkalan di Filipina selatan. "Kami memperlakukan setiap ancaman atas masalah ini dengan sangat seksama," kata Prestoza kepada wartawan, "Bukan cuma presiden, ada sasaran lain." Pada 1987, bom meledak di panggung sekolah tentara itu beberapa hari sebelum Presiden (saat itu) Corazon Aquino menyampaikan pidato. Tak seorang pun luka akibat ledakan itu, yang dicurigai disebabkan oleh baik tentara tidak puas maupun pemberontak komunis. Pengulas masalah keamanan tak yakin Jemaah Islamiah mengarah pangkalan utama tentara di utara, karena anggotanya dalam pelarian di ujung paling selatan negara kepulauan itu. "Saya pikir, kami sebaiknya tidak percaya pada ancaman itu, yang dapat menjadi bagian politik pemerintah, sehubungan dengan keadaan politik di ibukota negara tersebut, kata Mars Buan, pengulas pada Strategi dan Penilai Pasifik, konsultan bahaya. Pemerintah Filipina memunyai sejarah mengumumkan ancaman keamanan sebelum unjukrasa politik untuk menghalangi orang bergabung. Pegiat sayap kiri merencanakan unjukrasa pada Jumat menyeru undur diri Arroyo di tengah lanjutan penyelidikan Senat atas korupsi pemerintah. Polisi dan tentara pada Kamis berada dalam siaga tinggi menjelang unjukrasa besar mendesak undur diri Arroyo, yang dituduh terlibat korupsi. Pasukan berada dalam "siaga penuh" sejak Rabu malam untuk mencegah kerusuhan menjelang unjukrasa lawan politik Arroyo dan beberapa kelompok kiri. Juru bicara tentara, Kapten Carlo Ferrer, mengatakan bahwa menerima laporan intelijen bahwa pemberontak komunis Tentara Rakyat Baru mungkin menyusup di kalangan pengunjukrasa dan menghasut kerusuhan. "Penyelenggara dianjurkan mengawasi kelompok mereka agar tidak disusupi dan melakukan unjukrasa secara tertib dan damai," kata Ferrer dalam pernyataannya. Pengecam Arroyo melancarkan unjukrasa setiap hari di sekitar Manila menyeru dia mundur setelah ada pernyataan bahwa suaminya dan sekutu politiknya berusaha mendapat uang suap jutaan dolar Amerika Serikat (miliaran rupiah) dari perdagangan telekomunikasi dengan perusahaan Cina. Jual-beli senilai 329 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 2,9 miliar rupiah) bagi jaringan perusahaan negara dengan perusahaan ZTE milik pemerintah Cina dibatalkan Arroyo. Beberapa kolompok usaha memperingatkan bahwa skandal itu dapat membawa negara tersebut ke babak baru kegoncangan politik dan mengurangi kepercayaan pemodal. Pemimpin gereja Katolik Roma, yang berpengaruh, pemimpin usaha dan bahkan kelompok pengacara mendukung unjukrasa itu, yang direncanakan diselenggarakan di daerah niaga Makati, Manila. Istana presiden menyeru rakyat tenang menyangkut perkara itu, tapi lawan Arroyo melaporkannya ke pengadilan. Sementara itu, pemberontak komunis dan tentara tak puas menyeru pemberontakan untuk menggulingkan Arroyo di tengah hiruk-pikuk menyangkut tuduhan baru korupsi terhadap suami pemimpin itu dan sekutunya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008