Dili (ANTARA News) - PM Australia Kevin Rudd mendarat di Timor Leste Jumat untuk kunjungan singkat guna menunjukkan dukungan pada pemerintah negara kecil itu setelah penembakan atas presidennya pekan ini. Presiden Jose Ramos-Horta ditembak di dada dan punggung Senin, yang memaksa pengevakuasiannya ke Australia untuk perawatan guna menyelamatkan hidupnya, sementara PM Xanana Gusmao mendapat serangan secara terpisah tapi tidak terluka. Komandan pasukan penjaga perdamaian pimpinan-Australia di Timor Leste, Brigadir Jenderal James Baker, menyambut Rudd bersama dengan Menteri Keuangan Timor Leste Emilia Pires. Rudd, yang menyetujui pengerahan 350 tentara tambahan Australia segera sesudah serangan itu, akan mengadakan pertemuan dengan Gusmao, penjabat presiden Fernando de Araujo dan pemimpin partai Fretilin yang beroposisi Mari Alkatiri. Ia juga akan melakukan perjalanan ke markas Pasukan Stabilisasi Internasional pimpinan-Australia sebelum meninggalkan (negara itu) pada pukul 12.30 waktu setempat (pukul 12.30 WIB), beberapa pejabat mengatakan. Menlu Timor Zacarias da Costa mengatakan dalam satu pernyataan yang dikeluakan Kamis bahwa kunjungan itu "sangat penting". "Itu (kunjungan) dalam waktu sulit bahwa kita melihat siapa teman kita dan dalam waktu yang sulit, perdana menteri Australia sendiri ingin datang ke Timor-Leste untuk menyampaikan solidaritas dan dukungannya pada pemerintah, pada semua rakyat Timor," ia mengatakan. Timor-Leste adalah nama resmi negara muda itu. Rudd mengatakan di Canberra Kamis bahwa Australia "sangat terganggu" atas apa yang ia katakan sebagai pembunuhan yang diupayakan terhadap Ramos-Horta dan Gusmao. "Kami ingin memainkan peran kami dalam menjamin keamanan dan stabilitas, dan menyatakan kembali dukungan kami pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan jangka panjang di Timor Leste," katanya. Ramos-Horta, yang telah menjalani tiga operasi dan ditempatkan dalam keadaan koma menyusul serangan itu, sedang dalam penyembuhan di rumah sakit di kota Darwin Australia. Rudd melakukan perjalanan ke Dili setelah kekerasan geng merusak negara kota itu 2006, yang menyebabkan pengerahan awal pasukan penjaga perdamaian dan juga polisi PBB yang sekarang masih berpatroli di kota itu.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008