Denpasar (ANTARA News) - Para wartawan dibuat terkecoh saat mencari lokasi ledakan di Bali yang dikabarkan di sebuah restoran di Jalan Teuku Umar, Kota Denpasar, Minggu siang. Hal itu terjadi karena di sepanjang Jalan Teuku Umar yang dikenal sebagai pusat bisnis, tak ada tanda-tanda keramaian kehadiran banyak polisi dan juga tidak ada tempat yang dipasang garis polisi (police line). Setelah diketahui lokasi ledakan di Restoran Kak Man, yang berada di jalur arah simpang enam menuju Jalan Diponegoro, kondisinya juga sepi, hanya ada beberapa petugas berpakaian preman dan dua orang pegawai restoran. Keterangan dari pegawai restoran dan petugas kepolisian berpakaian preman menyebutkan awalnya seorang pemulung menemukan bungkusan diduga bom di tempat sampah depan restoran tersebut. Pemulung itu kemudian memberitahukan kepada pegawai restoran dan ditindaklanjuti dengan melaporkannya kepada pihak kepolisian. Beberapa petugas kepolisian kemudian datang, disusul Tim Gegana. Petugas dalam beberapa tahapan kemudian memasukkan bungkusan tersebut ke dalam tabung peledakan. Bungkusan diduga bom itu kemudian meledak, namun bunyinya tidak terlalu keras, karena berada dalam tabung khusus penjinak bahan peledak. Oleh karena itu, tidak banyak warga yang mengetahui peristiwa tersebut dan aparat kepolisian yang sejak awal "membersihkan" lokasi dari kehadiran massa, segera meninggalkan lokasi, sehingga suasananya sepi. Pers masih menunggu Kepala Bidang Humas Polda Bali, Kombes Pol AS Reniban, memberikan penjelasan atas peristiwa itu di Markas Polda Bali di Denpasar. Sebelumnya Bali dua kali dikejutkan peristiwa ledakan keras, yakni pada 5 Pebruari lalu di Gang VII Jalan Gatot Subroto I Denpasar, dan Jumat (15/2) malam di Jalan Kebo Iwa Selatan, dekat persimpangan Jalan Gatot Subroto Barat. Serangkaian peristiwa ledakan yang cukup mengejutkan dunia kepariwisataan Pulau Dewata itu sejauh ini diduga terkait perebutan "kekuasaan" tempat-tempat hiburan dan lainnya oleh sesama kelompok preman. (*)

Copyright © ANTARA 2008