Dalam data RUEN sekitar 60 hingga 70 persen energi nasional masih akan didominasi oleh energi fosil itu lah kenapa kita masih butuh ini
Jakarta (ANTARA) - Praktisi minyak dan gas (Migas) nasional, Tumbur Parlindungan mengatakan energi baru terbarukan (EBT) hingga kini masih bersifat pendukung atau pelengkap dari penggunaan energi fosil.

"Energi terbarukan bukan pengganti ya, tapi sebagai energi komplementer," kata dia, di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan, EBT disebut sebagai energi komplementer dikarenakan keberlangsungannya tidak bisa terus dijaga. Sebagai contoh pemanfaatan energi matahari.

"Siapa yang bisa menjamin matahari besok tidak boleh mendung atau angin harus selalu kencang terus," katanya.

Namun, ia berpandangan Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan energi terbarukan meskipun tidak bisa menjadi sumber energi primer.

Berdasarkan rancangan umum energi nasional (RUEN) 2015 hingga 2050, kebutuhan minyak mentah nasional terus meningkat. Bahkan, pada 2025 diproyeksikan kebutuhan minyak mencapai 2,196 juta barel per hari dan naik 4,619 juta barel per hari pada 2050.

"Dalam data RUEN sekitar 60 hingga 70 persen energi nasional masih akan didominasi oleh energi fosil itu lah kenapa kita masih butuh ini," ujar dia.

Sementara itu, pengamat Migas, Pri Agung Rakhmanto mengatakan energi fosil penting bagi Indonesia karena secara absolut terus bertambah.

Ia berpandangan pergeseran energi fosil ke energi terbarukan tidak akan bisa. Sebagai contoh penggunaan batu bara energi fosil yang pertama kali dikomersilkan.

Bagaimana pun, menurut dia, penyediaan energi primer dibutuhkan dan hal tersebut hanya bisa dari fosil atau yang lain karena diperlukan Indonesia maupun secara global.


Baca juga: Presiden tak ingin listrik tergantung pada energi fosil
Baca juga: PWYP dorong Indonesia tekan penggunaan energi fosil
Baca juga: Arcandra bicara keekonomian energi terbarukan dan fakta lain energi fosil

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019