Jayapura (ANTARA News) - Tim investigasi Kodam XVII Cendrawasih menetapkan dua prajurit TNI dari Batalyon Infanteri (Yonif) 756 Rajawali sebagai tersangka penembakan terhadap warga sipil, Owonggen Wonda (25), di Kabupaten Puncak Jaya, Papua pada Kamis (31/1) lalu. Dua prajurit itu adalah yang selama ini bertugas di Kabupaten Puncak Jaya, sementara korbannya merupakan warga Distrik Tingginambut, kata Panglima Kodam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Haryadi Soetanto, kepada wartawan setelah membuka Rapat Pimpinan (Rapim) di Markas Kodam di Jayapura, Senin (18/2). "Tim investigasi Kodam XVII Cenderawasih sudah bekerja maksimal dan menetapkan dua prajurit TNI yang bertugas di situ sebagai tersangka untuk selanjutnya diproses sesuai hukum yang berlaku. Dua tersangka penembakan itu adalah komandan platon Letda Smy dan pelaku penembakan Prada Ltn. Mereka sudah ditahan," kata Pangdam Haryadi. Dia mengatakan, TNI tidak akan mentolerir anak buah yang melakukan kesalahan di lapangan. Bagi yang terbukti bersalah akan ditindak. Menurut Pangdam, insiden penembakan di Distrik Tingginambut itu menjadi pelajaran sangat berharga bagi semua prajurit TNI dimanapun bertugas agar tetap memathui prosedur operasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan mengenai usulan beberapa tokoh masyarakat Papua agar dibentuk Tim investigasi independent untuk menyelidiki insiden penembakan itu, Pangdam mengatakan, untuk saat ini Tim investigasi Kodam XVII Cenderawasih sudah bekerja maksimal sehingga belum perlu dibentuk tim independent. "Tim investigasi dari Kodam XVII Cenderawasih sudah bekerja maksimal dan dua tersangka itu sudah ditahan untuk selanjutnya diproses sesuai hukum yang berlaku. Pimpinan TNI tidak akan main-main dengan persoalan ini," katanya. Sebelumnya, Kapendam XVII Cenderewasih, Letkol.Inf.Imam Santosa kepada wartawan menjelaskan, penembakan Owanggen Wonda itu dilakukan oleh oknum TNI dari Yon 756/Rajawali di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya pada Kamis (31/1) malam sekitar Pkl.20.00 WIT. Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Haryadi Soetanto sangat menyayangkan penembakan yang dilakukan anggota TNI Yonif 765 Rajawali di Distrik Tingginambut atasnama Owonggen Wonda. "Jika hasil investigasi tim gabungan yang sudah berangkat ke Tingginambut terbukti anggota TNI bersalah maka Panglima tidak segan-segan mengambil tindakan tegas dengan memecat anggota TNI tersebut bahkan komandannya pun akan diturunkan pangkatnya dan hal ini dilakukan sebagai tanggungjawab," kata Imam Santosa. Panglima Kodam XVII Cenderawasih, lanjut Santosa tidak akan mentolerir perbuatan anak buahnya yang melanggar hukum apalagi saat ini kondisi keamanan di Papua secara keseluruhan aman dan kondusif. Kondisi yang baik ini dapat tercipta karena selama ini TNI selalu melakukan pendekatan persuasif. Panglima selalu meminta prajurit yang bertugas di lapangan agar jika bertemu dengan warga yang berseberangan ideologi dengan NKRI maka harus dilakukan pendekatan persuasif, bukan dengan cara kekerasan. Imam Santosa menjelaskan, berdasarkan informasi yang diterima, penembakan itu terjadi pada Kamis (31/1) sekitar pkl.20.00 WIT ketika anggota Yon 756 Rajawali yang dipimpin Komandan Pos Letda Sumaryono beserta lima orang anak buahnya melakukan patroli. Patroli dilakukan setelah ada informasi dari masyarakat bahwa di wilayah itu sering terjadi pemalangan yang dilakukan kelompok bersenjata sehingga membuat masyarakat merasa resah. "Mungkin dari informasi itu langsung dilakukan patroli," ujarnya. Ketika dilaksanakan patroli, ditemukan sekelompok warga masyarakat setempat sedang bermain gaplek di dalam sebuah honai (rumah asli warga Papua) dan akhirnya dilakukan penyergapan dengan melakukan tembakan peringatan berulang kali ke udara dan ketika itu kelompok warga masyarakat lari berhamburan menyelamatkan diri. Namun salah seorang dari mereka yaitu Owanggen Wonda berdiri dan membuka pintu honai dan kemudian ditembak oleh TNI. Jenazah korban lalu dievakuasi ke rumah warga setempat. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Muspida Kabupaten Puncak Jaya sudah mengambil langkah-langkah persuaif dengan melayat jenazah dan memberikan uang duka Rp100 juta. Ketua Umum Badan Pelayanan Pusat Persekutuan Gereja-geraja Baptis Papua, Pdt Socratez Sofyan Yoman mendesak berbagai pihak agar segera membentuk Tim Investigasi Independen untuk menyelidiki kebenaran insiden penembakan Owonggen Wonda (25) - warga Distrik Tingginambut. "Untuk mengetahui kebenaran dari hasil kerja Tim investigasi bentukan Kodam XVII Cenderewasih, maka sangat mendesak dibentuk Tim Investigasi Independent sehingga kebenaran atas insiden kemanusiaan itu dapat terungkap," katanya. Socratez mengusulkan agar Tim investigasi independent yang dibentuk itu beranggotakan antara lain dari lembaga keagamaan, LSM peduli kemanusiaan, ahli hukum, antropolog dan sosiolog, kriminolog serta pengamat ahli militer dan kepolisian. "Penembakan di Puncak Jaya itu merupakan tragedi kemanusiaan di Papua pada awal tahun 2008 sehingga harus diusut tuntas oleh sebuah Tim investigasi independent dari berbagai lembaga, ahli dan pengamat," kata Socratez. Dia berpendapat, apabila penembakan di Puncak Jaya itu benar-benar dilakukan oknum prajurit TNI di luar ketentuan atau di luar peraturan patroli yang berlaku maka hal itu dinilai sebagai tindakan mencoreng nama baik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dikenal sebagai sebuah negara yang aman, damai. Tim investigasi independent harus mencari tahu, apakah benar, TNI yang berpatroli itu telah melakukan tembakan peringatan berulang kali dan apakah ketika prajurit TNI berpatroli itu, korban Owonggen Wonda juga memegang senjata dan melakukan perlawanan terhadap para prajurit tersebut.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008