Jakarta (ANTARA News) - Bank Indoensia diperkirakan mengucurkan sekitar 3 miliar dolar as untuk memperkuat nilai tukar rupiah menjadi sekitar Rp9.100 per dolar AS. Hal ini menurut Direktur Ekonom Citi Indonesia Anton Gunawan di Jakarta, Selasa, diperoleh setidaknya dari obligasi internasional (global bond) yang diterbitkan serta perolehan valuta asing dari minyak dan gas. "Saya kira ini bagus, karena BI telah memilih kebijakan yang menjaga inflasi dengan memperkuat nilai tukar rupiah sehingga menekan inflasi akibat barang impor," katanya. Menurut dia, perhitungan secara kasar menunjukan sekitar 2 juta dolar AS dari global bond yang didapat pemerintah, kemudian dari pendapatan valas disektor minyak dan gas sekitar 1 hingga 1,5 miliar dolar AS. "Dan cadangan devisa sendiri tergerus dari 56,9 miliar dolar AS menjadi 56 miliar dolar AS, bila untuk mebayar utang luar negeri misalnya 1 miliar dolar AS maka setidaknya ada 3-3,5 miliar dolar AS, ini kemana, saya kira untuk memperkuat rupiah," katanya. Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda S Goeltom ketika ditanyakan mengenai hal itu tidak memberikan jawaban yang jelas. "Kami telah melakukan kalkulasi, sebagai bank sentral kami tidak bisa merespon itu (menjawab pertanyaan tersebut)," katanya. Ia mengatakan Bank Indonesia menempatkan inflasi sebagai tujuan dalam kebijakannya. Ia menjelaskan penguatan rupiah didukung oleh mengalirnya arus dana yang masuk ke Indonesia karena Indonesia dipandang masih memiliki pendapatan (yield) yang menguntungkan. "Tapi kalau `yield` driven maka arus dana ini menjadi jangka pendek, karena sifat dana adalah mencari keuntungan, ini yang harus kita waspadai, kita harapakan mereka yang masuk menjadi dana jangka panjang," katanya. Ia juga menambahkan, kebijakan bank Indonesia akan tetap menjaga rupiah pada level yang menguntungkan bagi eksportir maupun importir. "Kalau rupiah terlalu kuat juga akan membuat para eksportir tidak suka," katanya. Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Chatib Bisri mengatakan menjaga nilai tukar rupiah yang sesuai untuk menjaga inflasi adalah sangat penting. "Sebab inflasi kita terutama didorong oleh core inflasi yaitu ekspektasi dan nilai tukar, sehingga nilai tukar harus dikelola sebaik mungkin, saya kira di level Rp9.100-Rp9.300 masih bagus," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008