Medan (ANTARA News) - Balai Besar Meteorologi dan Geofiika (BBMG) Wilayah I Medan menyatakan hingga kini masyarakat di Kabupaten Simeulue, NAD masih terus merasakan gempa susulan dengan kekuatan kecil. "Gempa-gempa susulan di Sinabang, Kabupaten Simelue masih berpeluang terus terjadi sebagai bentuk pelepasan energi pasca terjadinya gempa utama Rabu kemarin," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BBMG Wilayah I Medan, Rifwar Kamin, kepada ANTARA News, Kamis. Namun biasanya gempa susulan, lanjut dia, tidak sekuat gempa utama karena energi yang dilepaskan dari pergeseran kedua lempengan bumi, Indo-australia yang menusuk lempengan Eurasia semakin berkurang. Berdasarkan data yang tercatat pihaknya, pasca gempa tektonik utama berkekuatan 7,3 Skala Richter (SR) Rabu, (20/2) pukul 15:08:32 WIB hingga Kamis, (21/2) pukul 15.00 WIB hanya terjadi dua kali gempa susulan berkekuatan di atas 5 SR. Gempa susulan pertama berkekuatan 5,5 SR terjadi pada hari yang sama yakni pukul 15:28:20 WIB dengan posisi pusat gempa 2,70 LU dan 95,97 BT pada arah 49 Km Barat Laut dengan kedalaman 30 Km dibawah permukaan tanah. Kemudian gempa susulan ketiga berkekuatan 5,3 SR terjadi pada pukul 16:05:08 WIB dengan posisi pusat gempa 2,86 LU dan 96,18 BT pada arah 46 Km Barat Laut Sinabang dengan 10 Km dibawah permukaan tanah, ujarnya. Sementara itu dari Kabupaten Simeulue pada Kamis, (21/2) dilaporkan korban yang menderita luka berat dan ringan akibat gempa tektonik yang terjadi Rabu (20/2) telah bertambah menjadi 51 orang dan dua orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Simeulue Zulmufti yang dihubungi ANTARA Banda Aceh, menyebutkan, kedua orang warga yang meninggal dunia akibat gempa karena tertimpa reruntuhan bangunan itu adalah Sadiman Kimat (62) dan Habisah (70) warga Simeulue Timur. Masyarakat kawasan pulau itu, terutama di Simeulue Barat dan Timur kini masih trauma, sehingga aktivitas masyarakat di kedua daerah yang berjarak sekitar empat jam perjalanan kendaraan roda empat dari Kota Sinabang itu belum normal. "Sebagian warga Simeulue Barat dan Simeulue Timur memilih tinggal di luar rumah seperti di tenda darurat karena khawatir terjadi gempa susulan," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008