Semarang (ANTARA News) - Warga di sepanjang Jalan Kaligawe Semarang resah karena genangan air yang merendam kawasan permukiman dan jalan sejak dua pekan lalu hingga sekarang tidak kunjung surut. Banjir itu selain mengancam keselamatan dan kesehatan warga, menurut Ketua RT 02/RW I Tambak Rejo Gayam Sari Semarang, M Makhrum, Sabtu, juga menyebabkan aktivitas warga lumpuh, bahkan banyak yang kehilangan penghasilan. Banjir yang melanda sepanjang Jalan Kaligawe saat ini merupakan yang terlama dibanding tahun-tahun lalu. "Daerah ini memang langganan banjir pada musim hujan, namun kali ini genangan air tidak kunjung menyurut akibat hujan turun berhari-hari," kata pria berusia 60 tahun itu. Banjir paling parah melanda kawasan terjadi pada tahun 2004 dan 2005 namun jangka waktunya tidak selama seperti sekarang. Ketinggian genangan air saat ini sekitar 60 sentimeter. Akibat banjir, kendaraan umum dan pribadi yang melewati daerah tersebut dengan tujuan Demak dan sekitarnya dialihkan melalui Jalan Soekarno-Hatta menuju Genuk. Daerah Tambak Rejo Gayam Sari memang sudah menjadi langganan banjir setiap tahun dan biasanya setelah tergenang selama dua-tiga hari kemudian surut. "Warga kehilangan penghasilan berhari-hari akibat banjir kali ini," keluh Makhrum. Toko dan warung di sepanjang Jalan Kaligawe terpaksa tutup karena air masuk merendam lantai rumah. Warga juga merasa terisolasi karena terkepung genangan air di mana-mana. Menurut dia, banjir kali ini diakibatkan sistem drainase tidak bekerja dengan baik. Saluran airnya juga sangat kecil sehingga tidak mampu menampung aliran air. "Saluaran air seharusnya dilebarkan. Hal ini sudah sering kami usulkan dalam rapat RW namun sampai saat ini belum terealisasi," katanya. Tetapi keresahan orangtua tersebut tidak terlalu dirasakan anak-anak dan remaja karena genangan air ini malah dijadikan arena bermain, sebagian lagi mencari uang dengan menjadi penunjuk jalan para pengemudi yang melintas jalan yang terendam air. Menurut Stasiun Klimatologi BMG Semarang, hujan disertai angin diperkirakan masih akan terjadi dalam tiga-empat hari mendatang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008