Moskow (ANTARA News) - Hanya kata hati yang mendorong pelatih sekelas Guus Hiddink untuk berkata "ya" pada tawaran menangani timnas Rusia, meski ia tetap membuka diri kepada pilihan lain. Hiddink tidak ingin dijuluki pelatih yang berpegang kepada ujaran bahwa 'rumput tetangga lebih hijau dibandingkan dengan rumput halaman sendiri'. Hatinya tetap terpaut kepada timnas Russia. "Mungkin saja saya mengundurkan diri jadi pelatih dan lebih memilih peran sebagai penasehat di sebuah klub. Kalau pun saya menangani timnas maka rencana itu sesudah 2010," kata Hiddink dalam wawancara selama berlangsungnya kursus kepelatihan yang diselanggarakan di Pantai Mediterania Turki pada awal bulan ini. "Begitulah, untuk jadi seorang yang jujur, saya tidak ingin tahu waktu ini juga," kata pelatih asal Belanda yang berusia 61 tahun itu. Ia baru saja memperpanjang kontraknya selama dua tahun untuk menggarap timnas Russia. "Jika saya tidak lantas menjadi orangtua yang pikun, maka saya akan terus melatih. Yang jelas, saya masih menyenangi pekerjaan ini sekarang. Saya banyak memperoleh energi positif dengan melatih para pemain muda, mengajai mereka banyak hal. Ini yang memotivasi saya untuk terus bertahan," katanya, seperti diberitakan Reuters. Hiddink telah menerima tugas memberi pelatihan bagi proyek yang diselenggarakan oleh badan sepakbola internasional FIFA dan UEFA. "Secara teratur, saya berbicara dalam seminar dan lokakarya yang mereka adakan. Saya memberi pemaparan kepada para pelatih," katanya. "Saya mendapati bahwa langkah itu amat baik untuk saling bertukar gagasan, untuk mengetahui taktik dan teknik yang terkini dalam perkembangan sepakbola," katanya. Hiddink tergolong pelatih yang mengoleksi sukses. Ia membawa timnas Belanda melaju ke semi-final Piala Dunia 1998. Empat tahun kemudian, ia membawa timnas Korea Selatan mengenyam sukses serupa. Prestasi-prestasi itu mengorbitkan namanya sebagai pelatih yang patut disegani di dunia. "Rumor senantiasa hilir mudik di dunia sepakbola," katanya dengan menambahkan, "Saya membaca dari tulisan-tulisan di sejumlah tabloid bahwa setiap saat saya dapat berhenti sebagai pelatih. Saya tidak terusik dengan rumor-rumor yang beredar." Hiddink pernah dikaitkan dengan kesediaannya melatih Chelsea karena pemilik klub papan atas Liga Utama Inggris itu milik seorang bilioner Russia Roman Abramovich. "Saya katakan bahwa dua tahun ke depan saya akan melatih Russia. Apa yang terjadi sesudahnya, saya tidak tahu," katanya. Kesediaan Hiddink bekerja di Russia kerapkali dibandingkan dengan rekan pelatih satu negara yakni Dick Advocaat yang tahun lalu menggarap klub Zenit St Petersburg. Dalam wawancara pada November 2006 mengenai keberadaannya di St Petersburg, Advocaat menegaskan, "Saya hanya ingin meraih hasil terbaik dan merebut trofi bersama klub ini." Ketika menjawab pertanyaan yang sama, Hiddink mengatakan, "Saya hanya ingin dikenang sebagai sosok pelatih yang membuka jalan. Orang yang memberi makna kerja di Russia." "Publik Russia menerima saya dengan hengat. Saya tidak akan melupakannya sampai kapan pun," katanya. Jumlah bayaran Hiddink dikabarkan menerima dua juta Ero (2,9 juta dolar AS) setiap tahun. Jumlah ini dibayar oleh Abramovich melalui Dana Lembaga Olahraga Russia. Ia juga mengatakan, "Jika saya tidak suka berada di sini, maka saya akan mengatakan tidak suka, berapa pun bayaran yang mereka berikan." "Saya senantiasa coba menemukan motivasi dari banyak hal. Di sini, saya membangun sepakbola Russia, lengkap dengan infrastrukturnya. Sebagai pealtih timnas, saya banyak memperoleh masukan berarti dari sejumlah pemain muda, dan membantu mereka untuk tumbuh berkembang jadi pemain kaliber dunia," katanya. "Saya menginginkan Russia mempelajari sepakbola yang atraktif, dengan mengembangkan gaya permainann menyerang, tidak terlalu defensif dan tidak gentar dengan siapa pun," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008