Samara, Irak (ANTARA News) - Pembom bunuh diri berkursi roda menewaskan seorang petinggi polisi dan melukai empat orang lain dalam serangan atas pusat gerakan polisi di kota Samara, Irak utara, pada Senin, kata polisi. Belum ada pernyataan bertanggung jawab, tapi itu membawa tanda Alqaida, yang kata tentara Amerika Serikat melakukan sebagian besar serangan jibaku di Irak. Pembom itu memasuki pusat gerakan di Samara, 100 kilometer utara Bagdad, ibukota Irak, tersebut dan meminta berbicara dengan wakil kepala polisi Mayor Jenderal Abdul-Jabbar Rabee Muttar, kata Kapten Luay Mohammed. Mohammed, pejabat di kantor kepala polisi Samara, menyatakan penyerang itu meledakkan bomnya, yang tersembunyi di kursi roda tersebut. Penyerang itu pernah bertemu dengan Muttar, tapi ia tidak tahu yang mereka bicarakan. "Saya dengan wakil kepala polisi itu dan kami ke ruang bawah untuk menemuinya di ruang tamu. Ia mengatakan mau berbicara dengan wakil kepala polisi secara pribadi, sehingga kami menjauh beberapa meter," kata Muttar. "Lalu, kami melihat api dan mendengar ledakan. Wakil kepala polisi itu terkayau. Ada potongan daging dari pembom jibaku itu," kata Muttar, yang luka ringan akibat ledakan tersebut. Seorang pejabat keamanan menyatakan ia dibolehkan masuk gedung itu tanpa digeledah, karena ia cacat. Laki-laki cacat itu sudah beberapa kali menemui petinggi tersebut, kata sumber keamanan kepada kantor berita Prancis AFP. Samara berada di propinsi Salahuddin, tempat tentara Amerika Serikat dan Irak melancarkan rentetan gerakan untuk menumpas pejuang Alqaida, yang bersatu kembali di sana dan di propinsi lain utara sesudah diusir dari Bagdad dan propinsi Anbar, Irak barat. Tentara Amerika Serikat pekan lalu menyatakan kementerian dalam negeri Irak mengusulkan rencana menangkap pengemis dan orang sakit jiwa dari jalanan Bagdad guna mencegah Alqaida menggunakan mereka dalam serangan bom jibaku. Pada awal Februari, dua wanita meledakkan bom di pasar hewan di Bagdad, yang menewaskan 99 orang dalam serangan paling berdarah di ibukota Irak itu sejak April 2007. Meskipun belum mendapat bukti pasti, pejabat Amerika Serikat dan Irak mengatakan ada bukti bahwa jiwa wanita itu terganggu, ditipu Alqaida dan mungkin tidak menyadari yang mereka lakukan. "Kami menyadari upaya kementerian dalam negeri berusaha melindungi tunawisma dan warga dengan jiwa terganggu dari menjadi korban tak sadar Alqaida di Irak," kata jurubicara tentara Amerika Serikat Laksamana Muda Greg Smith dalam pernyataannya. "Sepengetahuan kami, kementerian dalam negeri bermaksud mengirim mereka, kebanyakan orang rentan dari rakyat Irak, ke kementerian urusan pekerjaan dan kemasyarakatan," katanya. Pada satu pekan sebelumnya, tentara Amerika Serikat menggerebek sebuah rumahsakit jiwa di Bagdad dan menangkap direktur rumahsakit itu berdasarkan atas dugaan terlibat dalam pemboman pasar hewan tersebut. Komandan Amerika Serikat menyatakan yakin Alqaida di Irak menggunakan kiat baru setelah tindakan keras terhadap gerilyawan itu. Sejumlah 30.000 tentara tambahan Amerika Serikat membantu mengurangi 60 persen serangan di seluruh negara itu sejak Juni 2007, kata mereka. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008